Part 23

179 23 12
                                    

"Rin, bagaimana kalau kita melakukannya sekarang? Lagipula hari ini adalah ulang tahun kita berdua." Ucap Len sembari mendekatiku.

"Tidak... Hentikan Len..." Ucapku sembari menahan tangan Len.

"Ayolah.... Ijinkan aku menyentuhnya sedikit saja..."

"Hentikan Len..."

"Kamu tidak perlu malu-malu Rin. Aku akan tetap menyukaimu kok."

Pletak...

"Sudah ku bilang tunggu dulu! Aku masih belum memasang lilinnya bodoh!" Ucapku sembari memukul tangan Len yang sedari tadi berusaha mencuil kue tart.

"Argh..... Sedikiiittt saja... Aku mau mencicipi kue buatan pertamamu ini. Seperti apapun rasanya, aku akan tetap menyukaimu Rin. Ya ya ya? " Tanya Len memelas.

Aku tidak menghiraukannya dan terus memasang lilin di kue tart buatanku. Tentunya ini semua kulakukan untuk merayakan ulang tahun kami berdua.

"Nah, sekarang kita nyalakan lilinnya. Len! Tolong ambilkan korek api..."

Ia hanya mengerecutkan bibirnya dan berbalik badan mengambil korek api.

"Aku bukan pelayanmu tau. Hanya ingin mengingatkan saja, aku ini bukan manusia loh..." Ucap Len cemberut.

"Iya... Iya... Terima kasih."

Cup...

Aku mengecup pipinya dengan singkat. Seketika Len membeku dan terdiam. Tentunya aku melakukan itu untuk meredam omelannya dan rupanya itu berhasil.

Len hanya menyentuh pipinya dan tersipu. Ia sesekali melirik ke arahku namun aku berpura-pura tidak menyadarinya.

"Nah.... Sudah siap... Sekarang ayo kita buat permohonan Len..."

Len hanya mengangguk. Kemudian ia menutup kedua matanya. Aku pun mengikutinya. Seusai kami membuat permohonan, kami meniup lilinnya secara bersama.

"Yeay... Akhirnya di ulang tahun ku saat ini aku tidak sendirian dan lagi aku memiliki seorang kekasih. Terima kasih Len..."

"Hmmmm... Kamu harus bersyukur memiliki kekasih seperti aku..."

"Ahaha bodoh... Lagipula, apa permintaanmu tadi? Ayo beritahu aku..."

"Bukannya aku sudah memberitahumu saat itu?"

"Eh? Memangnya apa?"

Len hanya mendengus kasar. Ia memegang kepalaku dan mengacak rambutku dengan kasar.

"Argh, hentikan!!!"

Len hanya tersenyum dan kemudian justru mencium kedua bibirku bahkan dengan posisinya yang masih memegang kepalaku dengan kasar. Ia mengecupku cukup lama.

"Lalu bagaimana dengan permintaanmu Rin?" Tanya Len dengan lembut.

"Kamu bahkan belum menjawab pertanyaanku Len!"

"Kalau begitu, bagaimana kalau kita menjawabnya secara bersama?" Tanya Len antusias.

"Hmm.... Bukan ide buruk..."

"Yosh! Kalau begitu dalam hitungan ketiga, kita menjawabnya dengan serempak."

"Baiklah..." Balasku.

"Kalau begitu......

1...

2...

3...

"" Aku ingin menikahi Rin (Aku ingin menikah dengan Len secara nyata nantinya!) ""

""Eh?"" Tanya kami keheranan secara bersama pula.

Anata no pātonā (Your Partner)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang