Part 4

247 30 11
                                    

Bel berbunyi pertanda istirahat. Aku segera berdiri dan mendekat ke bangku Miku.

"Miku ayo ke kantin. Aku tidak membawa bekal."

"Tidak! Kita harus menjalankan misi kita!"

"Hah? Apa maksudmu?"

"Kita harus membuntuti Kaito dan memperhatikan gerak-geriknya."

Aku hanya menghela nafas panjang dan menggelengkan kepalaku perlahan.

"Kalau begitu semangat ya Miku!" Ucapku sembari melambaikan tangan sebelum meninggalkannya.

Kemudian Miku menarik lenganku. "Mau kemana kamu? Kamu harus ikut denganku Rin."

"Akh, aku tidak punya tenaga untuk melakukan itu. Aku harus isi ulang tenaga dulu dengan ke kantin. Lagipula kemungkinan Kaito juga ada disana. Karena dia tidak pernah membawa bekal."

Mata Miku berbinar-binar dan mengeluarkan cahaya seperti laser yang sangat menusuk . Ia memegang tanganku dan menarikku hingga hampir terjatuh.

Setibanya kami di kantin, sesuai perkiraanku bahwa Kaito dan teman-temannya berada di kantin. Kami hanya mengintip gerak-gerik mereka dibalik tembok dekat kantin.

"Miku... Kita terlihat seperti penguntit loh. Apakah kamu tidak malu kita dilihat seperti itu?" Ucapku perlahan sambil melihat anak-anak yang melewati kita seperti mengejek.

Yah kami memang sedang bersembunyi dibalik tembok. Tapi tetap saja tubuh kami masih dapat terlihat jelas. Ini sungguh memalukan.

"Tidak usah kamu hiraukan itu. Lihat lihat! Kaito mulai bergerak..." Bantah Miku dengan semangat.

Aku pun mencoba mendengarkan ucapan Miku dan menurutinya. Aku melihat Kaito mencoba mengambil roti yang ada dihadapannya. Setelah ia mendapatkan roti itu, senyum kecilnya ia tampakkan dan segera berbalik badan untuk keluar dari kerumunan. Tunggu dulu! Kaito tidak membayar roti yang ia ambil?

Miku pun menyadarinya juga dan segera berbisik padaku. "Lihat! Kaito mencuri roti itu! Ayo kita laporkan!"

"Ah tunggu dulu Miku!!!" Ucapku berusaha menarik Miku namun terlambat. Ia segera mendatangi Kaito dengan gesit.

"Ada pencuri!!!" Teriak Miku yang membuat semua orang terkejut dan langsung terdiam. Bibi kantin itu terlihat marah dan ikut berteriak.

"Siapa yang berani melakukan itu? Kemari kau bocah!"

"Bibi, pria berambut biru itulah pencurinya!" Teriak Miku yang membuat semua orang menoleh ke arah Kaito.

'Oh astaga! Rasanya aku ingin pura-pura tidak mengenal Miku!'

Kaito hanya tampak kebingungan. "E-Eh?"

Bibi itu tampak sangat marah. "Jadi kamu pencurinya?!"

Kemudian pria bersurai ungu itu datang dan membela Kaito. "Bibi, sepertinya ada kesalah-pahaman disini. Tadi aku kan sudah membayar 2. Yang satu untukku yang satu lagi untuk temanku itu..."

"Gakupo benar! Aku menitipkan uangku padanya. Jadi aku hanya perlu mengambil rotinya..." Ucap Kaito yang membuat bibi kantin menggaruk tengkuknya.

"Oh iya... Lain kali bayar sendiri-sendiri saja agar tidak ada salah paham lagi!" Ucap bibi tersebut sembari melanjutkan aktifitasnya.

Semua orang memandang Kaito dan juga Miku. Namun pandangan itu teralihkan seketika karena orang-orang berebutan membeli camilan. Namun hebatnya, Miku tidak merasa malu. Justru ia mendatangi Kaito dan Gakupo.

Anata no pātonā (Your Partner)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang