RIN POV
Suara kicauan burung membangunkanku dari tidur panjangku. Aku perlahan membuka kedua mataku dan bangkit dari kasur. Dengan refleks aku memegang perutku karena takut mengambil posisi duduk yang salah hingga....
Hingga...
Hingga apa?
"Eh?"
Mengapa aku memegang perutku? Mengapa aku begitu khawatir?
Ngiinggg...
"Ugh.."
Kepalaku berdenging cukup keras hingga membuatku memejamkan mata.
"Akh, kenapa kepalaku begitu sakit?"
Ting Tong.....
Suara bel pintu terdengar cukup keras. Aku berusaha melangkah dari kamarku dan melangkah ke arah pintu.
Ting Tong..... Ting Tong..... Ting Tong.....
"Duh... Iya tunggu sebentar..." Keluhku sembari membuka pintu rumah.
Aku melihat seorang pria berdiri sembari memasang wajah khawatirnya.
"Rin! Aku kembali!" Ucap pria itu.
"Rei? Apa yang kamu lakukan di pagi buta begini?" Tanyaku heran.
"Eh?" Tanya Rei balik.
"Kenapa 'eh'? Dasar tidak jelas... Lalu, apa yang mau kamu lakukan?"
"Eh? Apa ya?" Tanya Rei lagi.
"Hah?! Dasar tidak jelas! Lalu mengapa kamu ke rumahku jika tidak tahu kamu mau melakukan apa?"
"Aku juga tidak tahu. Aku baru kembali dari Jerman dan entah mengapa aku terburu-buru kemari." Balas Rei bingung.
"Terburu-buru kemari?" Tanyaku bingung .
"I-Iya... Entah mengapa ketika aku berlari ke rumahmu, aku sedari tadi bergumam bahwa aku harus segera menolongmu. Tapi sesampai di sini, aku jadi bingung. Aku harus melindungimu dari apa?" Jelas Rei yang kebingungan pula.
"M-Menolongku?"
"Iya, aku merasa melupakan sesuatu." Gumam Rei.
Namun Rin seketika terdiam seusai mendengar kalimat itu. Ia menundukkan kepalanya sembari memikirkan kembali perasaannya yang seperti terguncang.
"A-Aku... Juga merasa begitu."
"E-Eh?"
"Aku juga merasa lupa akan suatu hal dan merasa kehilangan. Sebangunku dari tidur, aku merasa sedikit 'hampa'. Dan kepalaku terasa begitu sakit ketika beusaha mengingat hal itu." Jelasku sembari mengelus lenganku dengan tangan lainnya.
Rei pun hanya terdiam. Perlahan ia melangkah mendekatiku hingga aku sedikit mendongakkan kepala ketika melihat wajah Rei. Namun pria itu tidak berkata apapun dan segera memeluk tubuhku.
"Ah! Rei! Apa yang kamu lakukan?!" Tanyaku terkejut.
"Aku... memang merasa lupa dan kehilangan juga. Persis seperti yang kamu rasakan. Tapi, aku ingat satu hal. Yaitu aku sangat merindukanmu, Rin." Ucap Rei dengan lembut.
Lagi-lagi aku dikejutkan oleh perkataannya. Tubuhnya yang terus memelukku dengan erat itu membuatku merasakan kehangatannya. Entah mengapa air mataku perlahan menetes setelah merasakan hal itu. Nyaman. Satu perasaan itu membuatku berpikir, 'mungkin dialah jawabanku'.
Aku pun membalas dekapannya. Ia sedikit terkejut ketika merasakan bahwa kedua tanganku berusaha menggapai punggungnya.
"Aku... Mungkin juga merasa seperti itu, Rei."
KAMU SEDANG MEMBACA
Anata no pātonā (Your Partner)
Fantasia[Highest rank: #1 - vocaloid] Setiap tindakan kita pasti dicatat dan akan dihitung pada suatu hari nanti. Dan dari semua itulah yang akan menentukan kehidupan kita selanjutnya. Lalu pertanyaannya, siapakah yang mencatat semua tindakan kita itu? Apa...