Seketika aku membuka mataku dengan kasar dan terkejut. Ingatan masa kecilku telah melintas dipikiranku begitu saja. Namun setelah kusadari bahwa aku tertidur bahkan pada saat sedang mandi.
'Ughhh... Kenapa aku tiba-tiba teringat kenangan yang bahkan aku sendiri telah lupa?'
Aku pun berdiri dari bath tub dan segera mengenakan handuk untuk menutupi tubuhku yang mulai merasa dinginnya malam.
"Jadi kamu sudah ingat?" Ucap seseorang dari belakangku yang mengejutkanku.
Aku pun berbalik dan melihat Len tersenyum dengan manisnya. Tiba-tiba aku bernostalgia melihat senyumannya. Dulu ia masih kecil dan usil sepertiku, tapi sekarang ia tumbuh dewasa sepertiku namun kini ia menjadi lebih tampan.
"Ja-Jadi itu ulahmu ya Len?"
"Heeee.... Padahal kamu sendiri yang minta untuk hal itu." Balas Len dengan nadanya yang kecewa.
Aku hanya terdiam dan tertawa kecil menutupi kikuk yang selalu aku alami.
"Kalau kamu sudah ingat, syukurlah. Aku hanya ingin kamu mengingat hingga bagian dimana kita bertemu dan berjanji satu sama lain. Jadii....." Ucap Len dengan seringainya yang melebar.
"Jadi apa Len?"
"Jadi... Aku sudah menepati janjiku bukan? Bahkan kita bisa saling melihat satu sama lain lagi seperti dulu lagi. Bukankah aku luar biasa?" Tanyanya dengan nada yang penuh percaya diri.
"Hmm... Iya. Kau hebat Len." Balasku dengan datar.
"Aaaa.... Ekspresimu kenapa datar sekali Rin? Apakah kamu tidak merasakan sesuatu ketika ingatanmu telah kembali?"
Aku hanya terdiam dan menunduk. Entah mengapa rasa rindu ini meluap begitu saja. Namun aku memilih untuk diam dan itu justru membuat Len penasaran. Sehingga ia melangkah mendekat dan memanggilku dengan nadanya yang sedikit berat.
"Rin...?"
"Len.... Maafkan aku... Aku... melupakan janji itu, tidak... Aku bahkan melupakanmu. Aku merasa tidak pantas untuk kamu lindungi lagi." Ucapku sembari menangis perlahan.
Len hanya terdiam dan memelukku dengan lembut.
"Tidak... Itu bukan salahmu Rin. Itu.... adalah ulahku..." Balas Len dengan suaranya yang mengecil.
"A-Apa maksudmu Len?"
Len menundukkan kepalanya dalam diam kemudian ia menggelengkan kepalanya dan kembali tersenyum.
"Tidak... Lupakan. Kalau begitu sebagai gantinya, bagaimana kalau kita berjanji lagi Rin?"
"Eeh? Berjanji apa Len?"
"Janji yang sama seperti saat itu. Menjadi partnermu sehidup semati." Ucap Len sembari mengunjukkan kelingkingnya ke arahku.
"Ah.. Tentu saja Len. Jadilah partnerku Len!" Ucapku sebelum melingkarkan kelingkingku padanya, namun Len menarik kembali tangannya sehingga sempat membuatku kebingungan.
Kini ia mendekatkan wajahnya dan mencium bibirku dengan singkat. Ia menarik tubuhnya kembali ke belakang dan tertawa dengan polosnya sementara aku terdiam tersipu.
"Ugghh... Len... Apa yang kau lakukan?" Ucapku sembari memukulnya perlahan.
"Ahaha... Kalau perjanjian itu memang harus dengan berciuman. Bukan dengan melingkarkan kelingking saja."
"Hah? Kenapa seperti itu?"
"Tentu saja itu rahasia." Jawab Len dengan antusias.
"Pasti kamu cuma mengada-ada ya?"
KAMU SEDANG MEMBACA
Anata no pātonā (Your Partner)
Fantasia[Highest rank: #1 - vocaloid] Setiap tindakan kita pasti dicatat dan akan dihitung pada suatu hari nanti. Dan dari semua itulah yang akan menentukan kehidupan kita selanjutnya. Lalu pertanyaannya, siapakah yang mencatat semua tindakan kita itu? Apa...