Part 22

214 28 5
                                    

"Huwaaaaa, aku jadi terlambat!!" Ucapku sembari berlari menuju sekolah.

"Ahaha... Sesekali menjadi murid yang tidak teladan juga tidak masalah bagiku." Jawab Len santai.

"Bodoh! Jika aku sampai terlambat, maka ibu akan mengomel seharian tau! Dan lagi ini semua karna kau Len!" Balasku.

"Hei... Jangan menyalahkanku seutuhnya begitu dong. Bukankah tadi kamu juga menikmatinya, hmm?" Tanya Len dengan nadanya yang sedikit menggoda.

"Ugh, tapi kamu dulu yang memulai. Tetap saja kamu yang salah."

"Ahaha, benar juga. Tapi jika nanti kamu kena omelan ibumu, kamu tidak boleh protes ya? Lagipula itu pertanda ia masih peduli padamu."

"Huh... Semua orang juga bisa mengomel dengan alasan khawatir lewat telepon saja."

Tanpa respon apapun dari Len, aku terus berlari menuju sekolah dengan perasaan yang campur aduk. Setibanya aku di depan kelas, aku mengintip ke dalam. Pelajaran telah dimulai. Aku hanya terdiam di depan pintu.

'Sangat memalukan! Ini pertama kali aku terlambat hampir satu jam!'

"Haaaaaaahhh.... Sudah cukup groginya. Sekarang masuklah!" Ucap Len sembari membuka pintu dan mendorongku ke dalam kelas.

Seketika semua orang berhenti beraktifitas dan melihat ke arahku. Sebenarnya jujur saja, aku benci menjadi pusat perhatian seperti ini. Bahkan Meiko-sensei melirik ke arahku dengan wajah masamnya.

"Kamu tidak bisa mengetuk pintu?" Tanya Meiko-sensei ketus.

"Ah maaf, tadi pagi perut saya sakit."

"Pffttt...." Tawa Len yang membuatku sangat ingin menonjoknya.

"Hah ya ampun. Baiklah segera duduk sana." Balas Meiko-sensei.

Aku segera membungkuk dan pergi ke mejaku. Aku melihat beberapa gadis menertawaiku seperti gadis bodoh. Tentunya aku sudah terbiasa akan hal itu.

Namun seketika perhatianku terhenti pada seseorang yang sedang tertawa. Ia bahkan melirik ke arahku dengan sinis. Entah mengapa aku tidak dapat mengalihkan pandanganku darinya.

"Miku...."

Aku menyebut namanya dengan sangat perlahan. Bangku kita yang sedikit jauh, membuat suaraku tidak sampai ke arahnya. Ia tertawa kecil seperti gadis lainnya.

'Tidak! Mungkin ini hanya perasaanku saja. Pasti Miku tertawa karena aku memang bodoh bisa terlambat dan menggunakan alasan klasik seperti itu.'

Kemudian Miku berbisik pada gadis lainnya sembari melirik ke arahku. Mereka tertawa kecil seusai Miku berbisik. Entah mengapa, pemandangan seperti ini bisa mengusikku lagi. Padahal, sebelumnya aku telah terbiasa dengan ini semua.

Apa karena selama ini aku memiliki Miku aku jadi merasa hebat? Tapi setelah melihat Miku seperti itu, rasanya lebih sakit dibandingkan apapun. Sahabatku satu-satunya, telah direnggut.

"Hei Rin! Sampai kapan kamu akan melamun?" Tanya Len sembari menyentuh bahuku.

Aku hanya mampu tersenyum masam menjawab pertanyaan Len.

•••

Bel istirahat berbunyi. Biasanya Miku akan menghampiriku dan mengajak ke kantin. Tapi, saat ini yang kulihat adalah Miku yang bergandengan dengan Mikuo dengan mesrah.

Tanpa basa-basi, aku menghampiri mereka berdua. Aku ingin memastikan apakah semua pikiranku itu benar atau tidak.

"Miku... Ayo kita ke kantin bersama..."

Anata no pātonā (Your Partner)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang