Rin POV
"Rin..." Panggilnya dengan suara yang begitu lembut.
Suara yang begitu hangat membuatku perlahan terbangun. Kubuka kelopak mataku sedikit demi sedikit. Senyum cerahnya terpampang begitu jelas.
"Selamat pagi, ratuku." Sambutnya.
"Umm.... Pagi juga..." Balasku sembari mengusap kedua mataku.
"Pagi ini cukup cerah. Sepertinya cuaca diluar cukup hangat." Ucap Len penuh basa-basi.
"Apa yang kamu maksud? Mengapa kamu begitu banyak basa-basi? Tidak seperti biasanya." Balasku datar.
"Ahaha.. Tidak... Maksudku... Apa kamu tidak merasa dingin?" Ucapnya sembari melirik malu ke arahku.
Dengan penuh tanda tanya, aku hanya memiringkan kepalaku. Kemudian perlahan aku menundukkan kepala untuk melihat apa yang Len maksud.
..............
"Gyaaaaaaaaaaaaaa..... Kenapa aku tidak mengenakan apapun? Apa yang sudah terjadi?!!!" Teriakku sembari menarik selimut dan membalur tubuhku.
Namun Len hanya tersenyum. Aku pun melirik ke arahnya dengan sinis. Tapi dengan segera aku mengalihkan pandanganku.
"Ugh... Kenapa kamu juga tidak mengenakan apapun? Sebenarnya apa yang sudah terjadi??" Tanyaku malu.
Namun Len tidak menjawab apapun. Ia justru bergeser dan pindah duduk di belakangku. Perlahan ia merangkulku dari belakang.
"Maaf ya Rin. Bukankah kamu sudah setuju untuk menghapus ingatanmu jika semalam kitaa...?" Tanyanya yang membuatku teringat.
"Ah... Aku ingat. Jadi semalam kita melakukannya ya?" Tanya ku dengan sedikit sedih.
"Iya. Maafkan aku." Balas Len dengan penuh rasa salah.
Kemudian aku memegang lengan Len yang merangkulku perlahan.
"Tidak... Jangan meminta maaf. Dibandingkan ingatanku, aku lebih cemas soal tubuhmu. Apa semalam kamu juga terluka?" Tanyaku.
"Iya... Tragedi berdarah itu terulang lagi..."
"B-Benarkah?" Tanyaku cemas.
"Ah tapi tidak apa. Karena aku sudah menghapus ingatanmu, jadi sekarang kondisiku sudah membaik. Tapi..."
"Tapi apa Len? Kamu masih terluka? Apakah karena sekarang kamu sedang memelukku, kamu akan terluka lagi? Argh, aku harus melatih otakku untuk tidak mengingat setiap aktivitasku bersamamu, agar kamu tidak perlu terluka karena aku." Tanyaku sembari melepas rangkulannya dan berbalik ke arahnya.
"Ahaha... Kamu sungguh berisik ya Rin." Tawanya.
"Hmph... Aku kan sedang cemas. Selain cemas, aku tidak akan berisik seperti ini." Jawabku sebal.
KAMU SEDANG MEMBACA
Anata no pātonā (Your Partner)
Fantasía[Highest rank: #1 - vocaloid] Setiap tindakan kita pasti dicatat dan akan dihitung pada suatu hari nanti. Dan dari semua itulah yang akan menentukan kehidupan kita selanjutnya. Lalu pertanyaannya, siapakah yang mencatat semua tindakan kita itu? Apa...