"Tunggu dulu Len... Apa maksudmu?"
"Hmmm... Karena saat itu kamu masih kecil, jadi kamu tidak ingat Rin."
"Kalau begitu, ceritakan saja versimu Len. Buat aku ingat lagi."
Len terkejut ketika melihatku yang antusias. Ia tertawa renyah sebelum mendekatiku.
"Kyaaa... Len mesum..." Teriakku sambil mendorong wajah Len.
"Argggghh.. Kan kamu sendiri yang minta." Keluh Len.
Aku lupa bahwa saat ini kami sedang mandi di bathtub yang sama pula. Ini terlihat sangat aneh dan sangat memalukan. Rasanya aku ingin menghilang sesaat.
Aku melihat Len kembali bersandar. Ia memiliki kulit yang putih sepertiku. Namun ekspresinya sangat datar bahkan dihadapanku yang tidak memakai apapun.
'Urgh.. Aku sangat malu.'
"Hoi Rin! Jangan melamun dan membayangkan yang aneh-aneh. Sudah kubilang aku tidak tertarik pada tubuh partnerku sendiri. Aku hanya rindu kita bisa bersama lagi."
"Aku tidak membayangkan aneh-aneh kok...." Jawabku dengan malu.
"Kamu jadi ingin tahu atau tidak jadi nih mengenai kenangan masa kecilmu?" Tanya Len yang membuatku teringat.
"Oh iya, aku mau.." Jawabku denga antusias.
"Yosh baiklah... Mungkin ini saatnya." Ucap Len sembari berdiri.
"Kyaaa... Len... Jangan berdiri tiba-tiba." Teriakku sambil menutup mataku. Tentu saja aku teriak, karena jika Len berdiri kan nanti bisa.... Uggghhh membayangkannya saja sudah memalukan.
Len dengan refleks segera duduk kembali. Wajahnya bersemburat merah namun ia masih saja tidak mengakui bahwa ia malu.
"Huh... Kalau begitu kamu tutup mata saja Rin."
"K-Kenapa? Memangnya kamu mau apa?"
"Sudah diam saja dan lakukanlah."
Aku sempat keheranan dan mencoba menuruti perkataannya. Ku tutup kedua mataku dan mencoba mendengarkan gerak-gerik Len.
Ia mulai mendekat ke arahku dan menggenggam tanganku. Kemudian...
Cup...
Aku merasakan kecupan hangat dari Len di dahiku. Aku mencoba membuka kedua mataku namun Len berbisik, "Bukalah kedua matamu ketika kamu siap. Kapanpun itu, aku akan selalu menunggumu Rin."
Aku mengangguk dan membuka kedua mataku. Aku melihat Len sedang mandi namun Len terlihat.......
.
.
.
Lebih kecil?Kemudian aku juga melihat tubuhku menjadi kembali kecil.
"E-Eh?"
"Lin... Ayo kita lomba. Kita akan lomba tahan nafas di dalam air. Yang paling lama yang menang."
"Len?"
"Iya? Kenapa Lin?"
"Emmm.... Tidak apa-apa."
Tiba-tiba pintu kamar mandiku terbuka dan aku melihat ibuku kebingungan.
"Ah ya ampun Rin... Lagi-lagi kamu bermain dengan teman khayalanmu ya? Ayo segera kenakan handukmu. Nanti kamu bisa sakit kalau terlalu lama bermain air."
"E-Eh? Apa itu hayalan bu?" Tanyaku dengan nada yang polos.
"Khayalan itu hal yang tidak nyata Rin. Jangan terlalu sering berkhayal ya Rin." Ucap Ibuku sebelum meninggalkanku.
KAMU SEDANG MEMBACA
Anata no pātonā (Your Partner)
Fantasia[Highest rank: #1 - vocaloid] Setiap tindakan kita pasti dicatat dan akan dihitung pada suatu hari nanti. Dan dari semua itulah yang akan menentukan kehidupan kita selanjutnya. Lalu pertanyaannya, siapakah yang mencatat semua tindakan kita itu? Apa...