Seusaiku mandi, aku pun segera turun hendak membuat makan malam. Aku mencari sosok yang kukira mungkin dan hanya mungkin sedang menantiku. Namun aku tidak melihat apa yang kumaksud dan itu sedikit membuatku merasa..... Kecewa? Entahlah....
"Hmmm... Sedang mencariku ya? Kamu pasti kesepian bukan Rin? Maka dari itu seharusnya tadi kita mandi bersama~" Ucap seseorang yang tentunya tidak lain adalah dari Len.
Namun aku mencari sumber suara tersebut dan masih tidak menemukan sosok itu.
"Len? Kamu dimana?"
"Aku sedang merusak mainanmu, agar kamu tidak dapat bermalas-malasan lagi."
"Aku tidak bertanya kamu sedang apa, tapi dimana..."
Kemudian aku melihat sepucuk rambut pirang bersembunyi dibalik sofa yang membuatku dengan sigap menebak siapa itu. Siapa lagi kalau bukan Len yang hendak ku... Usili?
Aku pun melangkah dan melihat Len bermain dengan game console ku. Dari wajahnya ia terlihat sedikit senang walaupun tadi ia bermaksud untuk merusaknya. Entahlah apa yang ia pikirkan.
"Jadi kau sedang bermain juga?" Tanyaku padanya.
Namun Len hanya terdiam tanpa meresponku karena sedang seru bermain. Sehingga dengan refleks aku mencoba melakukan aksi yang sedikit 'mengejutkan'.
Aku pun mempersiapkan posisiku dan hendak mendorong game console yang ia pegang sedari tadi dengan kedua tangannya mengapung di udara. Berharap bahwa console itu terjatuh dan mengenai wajahnya lah yang menjadi tujuan aksiku saat ini.
Namun, ternyata console itu tiba-tiba menghilang dari tangannya dan....
Bruakk....
Aku justru terjatuh di atas dada bidang Len.
"Apa sih yang kamu pikirkan Rin?"
"A... Aku... Hanya ingin iseng sedikit hehe...." Jawabku terbata-bata karena malu atas kegagalanku sendiri untuk mengusilinya.
Aku pun berusaha bangkit dari posisiku yang memalukan ini dan tanpa kusadari wajah kami bertemu dalam jarak yang sangat sempit.
Len kini tengah memandangiku dengan kedua mata birunya yang indah. Serasa aku ditenggelamkan oleh pandangannya.
"Hmmm... Kamu wangi Rin." Ucap Len sembari mengendus rambutku dari bilik telingaku.
Aku pun dengan panik segera menjauh dari wajah Len dengan wajahku yang mungkin saat ini merona.
"Tadi... Tadi..." Ucapku terputus-putus.
"Hmmm??? Tadi kenapa?"
--"Tadi kenapa tiba-tiba game consolenya menghilang? Aku kan bermaksud menjatuhkannya ke wajahmu...." Alihku karena rasa maluku yang tak dapat kuatasi.
Bahkan aku pun mengucapkan kalimat itu sembari memalingkan wajahku darinya. Karena semakin dekat ku melihatnya, entah mengapa wajahnya terlihat semakin tampan.
"Oh itu... Tadi aku hendak membersihkan ruangan ini karena banyak barang berserahkan. Lalu aku menemukan barang itu. Jadi aku coba sebentar lalu aku buang. Lihatlah... Sekarang ruangan ini bersih bukan?"
Aku pun melihat sekeliling ruangan yang awalnya berdebu dan banyak barangku yang berserahkan. Namun kini semua terlihat bersih dan rapi.
"Ah iya... Kau cukup berguna untuk hal ini ya Len..."
"Hmmm... Pujian yang buruk... Setidaknya berikan aku pujian yang menyenangkan dong Rin..."
"Kalau begitu....
KAMU SEDANG MEMBACA
Anata no pātonā (Your Partner)
Fantasía[Highest rank: #1 - vocaloid] Setiap tindakan kita pasti dicatat dan akan dihitung pada suatu hari nanti. Dan dari semua itulah yang akan menentukan kehidupan kita selanjutnya. Lalu pertanyaannya, siapakah yang mencatat semua tindakan kita itu? Apa...