10. Mengenal Lebih Jauh

164 29 11
                                    

Ada dua kabar asmara yang tengah hype di SMA Nusantara. Yang pertama adalah kabar resmi jadiannya kapten tim sepakbola sekolah yang terkenal di berbagai kalangan dengan peraih juara umum parallel sekaligus kandidat olimpiade kimia yang tidak banyak tingkah. Sejak hari itu, ada banyak hati yang patah, ada iri yang menyusup sembunyi-sembunyi, tapi juga ada harapan-harapan yang membumbung tinggi.

Anggit dapat merasakan semuanya. Awalnya ia mengira bahwa semua akan bertambah buruk. Seperti novel-novel remaja yang kadang kala ia baca di waktu senggang, menjadi pacar cowok populer dengan ratusan fans hanya berarti satu hal ; penindasan. Anggit harus siap menerima lirikan-lirikan penuh kebencian, menghindari tempat-tempat sepi demi mengurangi kemungkinaan seseorang akan melabraknya sewaktu-waktu, dicela karena dianggap tidak pantas bersanding dengan Bakti. Akan tetapi sampai seminggu kemudian segalanya berjalan terlalu baik-baik saja.

Ada kebencian yang kadang kala ia rasakan, tapi itu semua tidak sampai meracuni kesehariannya. Justru lebih banyak energi positif yang ia terima, komentar-komentar bernada dukungan yang membuat hatinya menghangat. Kata orang-orang, dirinya bisa melengkapi Bakti. Menjadi semacam penyeimbang akan sikap Bakti yang kadang terlalu meletup-letup. Di samping Anggit, Bakti terlihat lebih kalem, tidak ada lagi tebar-tebar pesona sepanjang koridor yang melambungkan hati para gadis lalu menghempaskannya semena-mena ke bumi saat itu juga begitu mereka menyadari bahwa Bakti hanya iseng. Tidak ada lagi aksi bakar-bakar lembar kerja ulangan dengan nilai merah sesaat setelah dibagikan. Anggit tidak lantas membuat Bakti berubah menjadi seseorang yang berbeda, hanya saja semua orang tahu bahwa cowok itu terus bergerak ke arah yang lebih baik.

Anggit senang mendengar itu semua. Namun Bakti selalu mengingatkannya untuk tidak terlalu mengambil hati terhadap komentar orang. Cowok itu berkata, bahwa kualitas dirinya tidak ditentukan oleh omongan orang lain. Dan Anggit memilih percaya.

Kabar kedua yang tidak kalah menyita perhatian adalah status ketua ekskul teater sekolah yang tidak lagi available. Adalah Revan, seorang anak baru dari Bogor yang berhasil memaksa mundur puluhan hati yang sudah mengantre panjang. Dari desas-desus yang beredar dimana-mana, orang-orang merasa heran bagaimana bisa cowok standar seperti Revan bisa membuat Natasha tertambat. Revan memang tampan, tetapi mantan-mantan Natasha yang dulu jauh lebih tampan. Sebut saja, Aldo, kapten tim basket yang kini dikabarkan tengah dekat dengan aktris layar kaca pendatang baru, berperawakan bule dan dipastikan tidak akan menghitam meski dijemur berlama-lama di bawah terik matahari.

Anggit mengesah. Natasha adalah sahabatnya, tidak penting apa kata orang, ia hanya mau melihat sahabatnya itu bahagia.

Kembali Anggit memaksa konsentrasinya berpusat kepada komik doraemon di tangannya. Komik lusuh koleksi lama yang sudah ia baca berulang-ulang tapi selalu membuat ketagihan. Seperti teh tubruk pahit dan tape goreng Pak Asep--salah satu pedagang di kantin-- favoritnya semenjak kelas sepuluh. Anggit yakin sampai akhir kelas 12 nanti ia akan selalu menyukainya.

Sudah dua puluh menit terakhir ia mengahabiskan waktu di salah satu meja kantin. Sendirian, menunggu Bakti selesai latihan. Cowok itu bilang ia akan mengantar Anggit pulang, melihat wajahnya yang begitu mengharap membuat Anggit tak kuasa menolak. Entah sejak kapan ia tidak ingin menjadi alasan apabila Bakti kecewa.

Segerombolan siswi tiba-tiba memasuki kantin, memesan makanan dengan berisik lalu mengobrol lebih berisik lagi. Anggit tidak menaruh peduli sampai tiba-tiba ia mendengar nama Natasha disebut-sebut.

"Eh girls, gue kemarin diceritain sama sepupu gue yang tinggal di Bogor dan dulunya satu sekolah sama Revan."

"Revan pacarnya Natasha itu?"

"Iyelah, siapa lagi."

"Kata sepupu gue, reputasinya Revan itu nggak baik."

"Alah cowok nakal mah biasa. Hari gini kalo cowok terlalu lurus tuh malah patut dipertanyakan ketulenannya."

COLOURSTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang