02. Hukuman

318 17 5
                                    

"Bu, Nael berangkat sekolah. Assalamu'alaikum," ucap gue sambil cium tangan Ibu yang sedang membereskan piring.

"Wa'alaikumussalam. Belajar yang bener, Nael."

Gue senyum lalu memegang kenop pintu untuk buka pintulah, tapi dari belakang ada yang tarik tas gue. Saat gue balik badan itu Hazel Na—adik gue.

"Kak, pulangnya beliin permen lolipop, ya?"

Gue menyejajarkan tingginya sama dia biar mudah mengobrolnya. "Memang udah dibolehin sama Ibu? 'Kan, kamu lagi sakit gigi." Tangan gue menusuk-nusuk pipinya karena gemas banget gue.

Dia menggeleng dan agak cemberut begitu, aish makin susah gue tolaknya.

Kepala gue celingukan lihat sekeliling rumah, alhamdulillah Ibu tidak ada. Tangan gue memegang pundaknya. "Iya, Kakak beliin tapi habis itu janji ya langsung gosok gigi habis makannya. Kakak gak mau bantuin kamu kalo ketahuan Ibu."

Hazel langsung sumringah sambil mengangguk semangat. Lagi-lagi tangan gue unyel-unyel pipinya. "Udah, ya, Kak Nael mau berangkat sekolah nanti telat," lanjut gue sambil mengacak pucuk rambutnya.

"Oke, Kak." Tangannya membentuk huruf o dengan ibu jari dan telunjuknya.

Kalau kalian tanya gue sekolah naik apa, jawabannya tebeng motornya Peter. Lagipula juga beli bensinnya patungan dengan gue belinya, kalau gue tidak tebeng rugi sekali Nathanael.

"Naik buruan malah bengong." Peter melempar helm warna hitam ke arah gue, untungnya otak gue langsung connect untuk menangkap.

Cerdasnya Nathanael.

Gue langsung pakai helmnya, terasa seperti pacar kalau begini. Eh bukan-bukan, I'm still straight. Tidak mungkin seorang Nael berpindah haluan nanti seperti Lucinta Luna lagi.

Kemudian gue duduk di jok ujung motornya.



🍃🍃🍃




"Gue males banget lihat anak sebelah pada tengil-tengil banget."

"Iya, masa tadi pagi si Shilla ngasih kotak bekel ke Noah. Emang masih jaman gitu makan bekel?"

"Pokoknya gue benci banget sama gengnya Shilla, termasuk Sofia, Ella, Eliza dan Naya."

Anjay, udah bel masih aja gosip tuh si Hani, Aning sama Rachel.

Raka yang tengah menyandang pacar seminggunya Hani merasa risih dengan doinya yang sudah seperti lambe turahnya sekolah.

"Woi, lu sekolah yang pinter dulu baru jadi adminnya lambe turah," sungut Peter yang baru taruh tasnya, sama gue juga.

Hani sudah seperti orang kepergok karena ada doinya pasti malu. "Eh, ada Raka, kok gak bilang-bilang udah dateng."

For your information, Hani pacaran dengan Raka karena main truth or dare-nya mereka yang tak jelas itu dan selesainya tiga minggu lagi alias sebulan. Padahal gue sudah pusing banget lihat mukanya.

Jadi, nih, ya, mereka kerjaannya kalau bukan melambe ya bolos saat pelajarannya Bu Roxanne yang cantik jelita—guru IPA.

"WOI BUAT YANG BELUM BAYAR UANG KAS SEKARANG BAYARNYA!" teriak bendahara si Viva.

Oh iya, astaga gue belum bayar uang kas. Dan gue lupa bawa uang, ditambah si Viva galak banget.

"HEH, NAEL! MANA UANG KASNYA?" teriak Viva di telinga gue.

[2] Favorite ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang