Bonus Chapter: See Something

124 8 3
                                    

BEFORE THAT,













Author POV

"Ini tuh makalahnya berapa lembar?" tanya Zoe.

Shilla mengerutkan keningnya. "Seingat gue, ya, cuma tiga puluh lembar ... eh tapi kok tipis banget."

Shilla mengambil alih makalah yang semula di tangan Zoe lalu menghitung kembali. Setelah dihitung ternyata jumlahnya kurang.

"Ih ... ini mah cuma sembilan belas, masih kurang ... berapa lagi?" tanya Shilla.

"Yeuuu ... hitung aja masih tanya aing." Bibir Zoe mengerucut. "Kurang empat sembil-Eh itu mah ditambah, ya."

Zoe mencoba menghitung lagi, Shilla sudah terburu frustasi. Satu-satunya jalan biar cepat yaitu kalkulator.

"Kurang sebelas," celetuk orang lain.

Zoe yang sedang menghitung pakai jari dan Shilla yang hendak mengeluarkan ponsel, mereka segera menoleh ke sumber suara. Ternyata itu suara milik Nathanael Na.

"Tuh, kurang sebelas. Makanya jangan pake kalkulator kalo hitung," sindir Zoe.

Shilla menoleh. "Lah dari tadi kan ...."

"Sama aja kalian berdua. By the way, ada tugas apaan segala pake makalah? Les? Sekolah?" tanya Nathanael sambil menaikkan satu alisnya.

Zoe berpikir tapi terburu dikode oleh Shilla untuk tidak memberitahu semuanya; ini juga suruhan Bu Jessica.

Jadi, mereka hanya berdeham dan langsung lari ke dalam kelas. Nathanael hanya bereaksi 'hah?' kemudian mengamati dua perempuan lari diterpa angin.

Gak beres, batinnya.



🍃🍃🍃









Dikelas sudah ramai dengan manusia-manusia yang hendak menuntut ilmu, selebihnya hanya mengobrol dan bertatap muka dengan teman masing-masing.

Ada gurunya syukur, tidak ada gurunya ya alhamdulillah. Itu prinsip yang tertanam pada Peter Lee.

Lelaki itu sedang bersenda gurau dengan teman semejanya-Nathanael-sambil adu tinju kalau tidak jelas.

Yaaa kehidupan Peter sebenarnya monoton dan tidak ada gairahnya sama sekali. Ibarat di kertas hanya ada warna abu-abu alias tidak jelas, ke putihkah atau ke hitamkah?

Rasa sukanya juga digantung terus oleh adik kelas yang dikaguminya selama kurang lebih satu semester. Padahal sudah dipepet terus oleh lelakinya-Peter.

Ingin diantar pulang? Sudah.

Menunggu selesai ekskul? Sdah.

Ditemani ke mana pun? Sudah.

Sebutkan kekurangan Peter selama ini apa?

Dikode dengan seribu bahasa dari bahasa tubuh, bahasa wajah, bahasa alien serta bahasa lainnya sepertinya tak akan mempan. Untuk itu mohon bersabarlah, Peter.

Pulang sekolah Sandra janjian dengan Peter, katanya Peter tak perlu taju. Seiring jalan ke parkiran motor bareng Nathanael ternyata Sandra telepon.


Sandra♡ is calling...


[2] Favorite ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang