15. Distrik Jajanan

72 10 4
                                    

Author POV

Setelah basah-basahan karena hujan, Nathanael dan Zoe berteduh sebentar di depan kios yang lumayan ada atap sedikit. Walau hujannya hanya gerimis saja, ya akan basah kalau lama-lama di bawah tempat terbuka.

Zoe yang sibuk melipat payungnya bergumam. "Maneh gak diomelin bokap sama nyokap, kan?" tanyanya.

Lelaki di sampingnya melongo karena Zoe pertama kalinya bicara secara soft dengan Nathanael, jadi ya agak kaget begitulah. "Hah apa?"

"Huft, gak jadi deh aing ngomongnya."

Satu pertanyaan terlintas dari pikiran Nathanael. "By the way nih ya, ada hubungan apa lu ajak gue ke distrik jajanan?"

"Gak ada hubungannya. Nih ya, gue tuh gabuuuuuutt bat di rumah, jadi gue main bentaranlah terus ada sepupu gue di rumah jadi—"

Tangan Nathanael menutup mulut Zoe biar tidak berisik. Kalau disamakan dengan Sandi mulutnya itu tidak ada bedanya. "Shuuutt berisik. Kalo mau cerita ntaran aja," bisik Nathanael.

Sementara Zoe berusaha melepas tangan Nathanael yang menutupi mulutnya. Tidak bau, tapi hanya wanginya yang membuat Zoe tidak mau lama-lama nanti jatuh hati dengan wanginya.

Padahal dalam hati omong begini. "Parfumnya apaan sih? Pengen aing beliin buat bang Wira."

For your information, Wirasena orangnya apa adanya jadi kalau ingin ke mana pun pasti tidak pakai parfum atau ya seadanya saja. Kecuali kalau sedang ada something baru ada wewangian.

"Terus, kita mau kemana?"

"Masuklah. Ikutin gue," intruksi Zoe yang berjalan duluan.

Saat masuk di kiri dan kanan koridor banyak banget jajanan yang menggugah perut. Mau yang basah, kering, cair, padat, dan bentuk lainnya ada.

Tapi sayang si Zoe tidak memanjakan matanya untuk bertemu dengan para makanan dan minuman, malah dia sibuk dengan permainan di pertigaan sebelah kanan jalan. Duh anak kecil sekali.

"Na, mau main gak?" tawar Zoe sumringah.

Tadinya Nathanael sudah bahagia akan dijajani kemudian cicip-cicip semua makanan dan minuman di sini, tapi sepertinya itu belakangan deh karena yang punya uang memilih main dulu.

Nathanael menghampiri Zoe lesu banget. "Katanya jajan anget-anget," protes Nathanael.

Tanpa balas ucapannya, Zoe langsung memberikan seperti gelang kecil begitu yang cara mainnya masuk-masukkan gelang ke cone sebanyaknya. "Nih, kalo lu menang gue bakal traktir tapi kalo lu kalah—"

Kalimat Zoe menggantung membuat si lawan bicara mengernyit keningnya. "Kalo gue kalah apa?" tanya Nathanael penasaran.

Si perempuan yang hari ini dibalut jaket denim kesayangannya berpikir panjang sebelum pelanggan lain di belakangnya menggerutu kelamaan. "Ih sabar apa mbanya—ini aja lu jadi pesuruh gue."

"MAKSUD LU KACUNG GITU?!" teriak Nathanael.

Zoe hanya bergidik dan langsung memulai permainannya lebih dulu. Sementara Nathanael hanya pasrah dengan permainan konyol itu. Lagipula seumur hidup Nathanael tidak pernah membuat taruhan begini terutama seperti semacam truth or dare, dijamin tidak akan mau dia.

Hasilnya Zoe hanya bisa masukkan lima gelang dari sepuluh gelang lainnya dan sekarang giliran Nathanael yang main. "Inget ya, kalo kalah jadi pesuruh aing," ucap Zoe sebelum tertawa remeh.

Wah, ini tidak bisa dibiarkan bagi seorang Nathanael Na. Dia harus menang bagaimana pun caranya dari si perempuan bahasa gado-gado itu. Harga dirinya akan taruh di mana kalau kalah nantinya. Ya mungkin jadi kacungnya, ogah banget.

[2] Favorite ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang