07. Uji Coba

110 9 2
                                    

"Susah banget ini mah, kira gue gampang," celetuk gue saat dibagikan soal try out pertama Bahasa Indonesia.


Ya gue memang tidak suka banyak baca apalagi banyak narasi, sudah pusing dengan baris kalimat yang mesti dibaca berulang kali biar paham. Tapi sama saja tidak akan paham juga.

Selagi gue bermonolog, Peter psst pssst-in gue. "Apaan?" Suara gue agak kencang.

"Gak usah teriak." Dia celingukan kanan dan kiri tidak tahu maksudnya apa. "Kalo gue kasih kode lu langsung nengok ya."

"Idih, ngapain lu kodein gue? Jangan-jangan ...." Pandangan mata gue menyipit ke Peter.

"Apaan?"

"Lu homo sama gue, ya?"

"Gak lah, ngapain gue homoan. Lagian ya gak ada manfaatnya, cuma menimbulkan dosa yang berkepanjangan," ceramah Peter.

Belum gue balas ceramahannya Peter pakai penghapus, si ibu pengawas langsung menatap tajam ke arah gue. Ini ciri-ciri pengawas yang tidak disukai peserta ujian, sudah galak tak ada senyum sama sekali. Seperti tetangga baru gue.

Untung guru kalo gak untung bukan guru.

Try out Bahasa Indonesia diberi waktu berapa menit?

Oh iya 120 menit. Dua jam. Dan setelah itu tidak pulang, belajar seperti biasa. Contohnya gue yang sedang perhatikan Bu Yuri menjelaskan matematika yang agak rumit untuk seluruh murid di dunia.

"Jadi rumus dari persamaan kuadrat ...."

"Nael, Nael. Emangnya bener kalo Stella jadian sama Raka? Kok bisa, ya?" tanya Peter sambil menulis catatan Bu Yuri.

Gue bergidik dengan senyum simpul.

"Gue tanya malah senyum, gak waras lo."


🍃🍃🍃


"KOK BISA?! KENAPA DIPUTUSIN?" teriak si geng rumpi yang suaranya besar banget alias Aning.

Jadi semuanya sedang ke kantin berhubung istirahat dan bertepatan gue sebelahan duduknya dengan mereka. Sumpah berisik banget. "Woi tukang tidur urusin geng cewek truth or dare lu, noh. Bising banget eta," sungut Peter yang acara makan ciloknya terganggu.

Sementara gue hanya menatap Raka sekilas, setelah itu mulut gue terbuka untuk bicara. "Yang barusan lu tanya udah terjawab, kan, Ter?"

"HAH!!? APWAHAN DWAH?" Cilok yang ada di mulutnya berusaha ditelan lalu matanya bergerak ke arah Raka yang tumben tenteng-tenteng buku SPM ke kantin. "Serius putus sama Hani terus jadi ke Stel ... la?"

Kata 'Stella' kenapa Peter lirik ke arah gue? Memangnya gue kenapa? Perasaan tidak ada apa-apa? Tak jelas nih memang Peter.

Si tukang tidur alias Raka Huang menengok ke arah gue dan Peter. "Gak ada masalahnya sama kalian, kan?"

Anjay, Raka PMS atau gimana? Galak bener dah, misalnya cuma tanya kenapa gak jawab jujur aja.

"Jujur aja, Ka. Lebih baik daripada bohong."

[2] Favorite ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang