16. Ketumpahan Air

88 8 1
                                    

Dua hari yang lalu ternyata malam minggu dan gue baru ingat hari ini. Di atas motor bututnya Peter menuju ke sekolah gue hanya bengong.

"Nael, masa gue lihat Nabila berangkat ke sekolah jam setengah enam. Tumben banget."

Gue mengangguk. Entah dilihat Peter atau tidak.

"Lu diem aja dari tadi. Ngopi apa ngopi."

Dan seterusnya gue bengong melamuni hal-hal yang tidak penting.

Beberapa meter lagi sampai gerbang sekolah ternyata suara Pak Andrew bergema sedang mengatur barisan upacara—ini hari Senin. Tapi, lho, ini baru pukul enam lewat lima menit sudah diatur barisannya? Wah jangan-jangan ....

Gue menepuk-nepuk punggung Peter. "Ter, Ter, parkir di belakang sekolah aja deket warung mba Sunmi. Udah baris anjay."

"IYA IYA SABAR ATUH!"




🍃🍃🍃



Untungnya tidak dihukum karena telat, karena tumben banget—bukan tumben sih tapi tidak biasanya masuk jam segitu. Ya, jam segitu mah gue sepertinya menyalin pekerjaan rumah teman.

Berhubung setelah upacara langsung pelajarannya Bu Roxanne, si ibu guru IPA tercantik di seluruh jagat raya sekolah ini, jadi gue tidak was-was.

Setelah upacara ternyata Pak Andrew alias wali kelas gue alias orang penting di sekolah ini, mengumumkan akan pulang cepat. Katanya sekitar pukul 11 nanti ada rapat guru, mending gue tak usah masuk sekalian deh Pak.

"Ter, lu bener lagi pendekatan sama dekel bule?"

Peter menengok disela mengerjakan soal. Kalian tanya gue? Gue sudah ...

... setelah Peter.

"Atuh lu nanya ituuuuu mulu dari kapan tau etdah, apa perlu gue pake tanda di kening 'lagi pdkt sama Sandra', gitu?"

"Bukan gitu, Ter. Yaaa aneh aja selera lu yang dulunya bad girl jadi ke good girl. Aneh."

Peter menutup pulpennya kemudian memberikan buku IPA-nya ke gue. "Terus, kenapa lu gak mirror wahai Nana, lu sendiri coba yang awalnya suka sama sejenis Stella, tiba-tiba suka sama sejenis Shilla." Dia menopang dagu sambil lihat ke arah gue.

"Gue gak suka dua-duanya." Gue menghela napas kemudian menunjuk kedua teman sebangku yang duduk di barisan pojok kiri. Iya mereka pindah saat hari itu. "Lu lihat aja doinya, bakalan habis gue kalo berurusan sama mereka."

Sebelah gue hanya cekikikan tak jelas lalu gue balik menoleh dengan tatapan 'apaan anjir yang lucu?'

"Lu, tuh, kalo mau mepetin cewek niat apa. Masa lihat doinya kayak apaan udah mundur duluan. Cowok apaan lu, njir."

"Dibilang gue kagak suka mereka, dua-duanya."

Peter manggut-manggut lalu gue kembali menyalin jawabannya.



🍃🍃🍃



Author POV

Mereka yang baru keluar dari gedung membosankan minta dilempar es krim—seperti bintang merah muda.

Katanya sih, Peter ingin date—halah bahasanya terlalu tinggi. Okay, jadi Haechan mau kencan dengan Sandra, guys.

Judulnya kencan, tapi mereka bukan ke restoran bintang tujuh, taman dihiasi lilin, atau ke bioskop menonton film komedi. Oh tentu jelas bukan. Ini tempatnya permintaan si adik kelas bule alias gebetan Peter.

[2] Favorite ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang