03. Traktiran

168 11 0
                                    

"Sialan emang Noah pengen gue santet online."

Peter berdiri bersandar di pintu toilet memakai hoodie abu-abu itu terkekeh. "Rezeki hari ini nikmati aja, Nael."

Jujur, ya, gue memang tak suka sifat Noah saat kelas delapan. Dulu gue dan dia rival kandidat ketua OSIS, tapi dia menyingkirkan gue dengan berbagai alasan. Pusing kepala Nathanael ganteng.

"Tapi, kan, Ter—IH GOBLOK SEPATU LO KOTOR!" Gue marah karena sepatunya Peter kotor lalu dia jalan-jalan padahal gue sudah pel susah payah.

"Nael, apa tadi pagi lu sama Shilla?" Peter mengernyit.

Dan gue mulai sadar setelah beberapa menit berpikir. "Bangsat, gue baru inget."

"Halah, tai, gak usah ngatain gue bangsat."

"Maaf, Ter. Gue baru inget tadi pagi tuh Shilla selamatin gue dari Stella."

Peter berdecak sambil geleng-geleng. "Ck, ck. Cari masalah mulu sama Stella, heran gue."

Mengepel sambil mengobrol. "Gak tau, iseng aja gitu jahilin dia."

"Jangan naksir dia, Nael." Peter keluar toilet.

"Ngapa emang?"

Gue keluar dari toilet kelas sembilan menuju toilet kelas delapan dan Peter yang setia di samping gue walau tidak bantu malah mengoceh.

Orang yang sedang mengeluarkan earphone dari kantong celananya mendesah. "Stella 'kan cewek mana mau sama homo kayak lu." Dia tertawa kencang.

Ember yang ditenteng gue lempar ke arah dia. "Gue gak homo, anjir."

Karena efek ember dia jadi menjauh dari gue, tapi masih saja tertawa. "Habisnya sejak gue kenal lu kayaknya gak ada satu pun lu ceritain cewek. Kalo bukan homo apa, dong?"

"Awas aja sampe gue jadian sama Mba Azza."

"NGIMPI!" Peter menjulurkan lidahnya sambil lari ke lorong kelas delapan.

Tapi beberapa langkah kemudian dia berhenti menengok ke arah kelas ....

"Kenapa berhenti? Ketemu Mba Azza?"

Tangannya diangkat ke atas mengisyaratkan untuk gue diam lalu gue ikuti arah pandangnya.

Di dalam kelas ada perempuan sendirian di pojok ruangan memeluk kakinya sepertinya sedang menangis. "Siapa, sih, Ter?"

Dia angkat bahunya. "Gak tau. Samperin aja kali, ya?"

"Lu aja, gue mau lanjutin bersihin toilet."



🍃🍃🍃

Akhirnya selesai juga hukumannya dan jam berapa sekarang?

Gue mengeluarkan ponsel di kantong celana, ternyata sudah pukul 16:47 yang artinya tiga belas menit lagi gerbang sekolah hampir ditutup. Peralatan kebersihan gue tinggal di toilet laki-laki kelas delapan lalu menghampiri Peter.

Sampai di depan kelas tadi, gue tidak lihat Peter. Ya mungkin dia pakai pintu ke mana saja, memang lu pikir Doraemon apa? Tapi kenapa perempuannya juga tidak ada ya.

Sebentar, sebentar, jangan-jangan Peter dimakan oleh perempuan itu, bisa jadi dia ghoul selama ini.

Ck, kenapa jadi khayal anime.

Sebelum pikirin lebih lanjut mending gue ke bawah siapa tahu Peter sudah nongkrong tunggu seorang Nathanael di motornya. Sudah sampai di bawah, tapi tak terlihat juga orangnya, di mana sih lu Peter?

Terpaksa gue pakai benda canggih untuk tanya dia ada di mana, siapa tahu terjebak di saluran air lalu tak bisa keluar, jadinya minta bantuan gue begitu. "Yah anjir, kuota gue habis. Perasaan baru kemaren gue isi."

[2] Favorite ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang