24. Siapa Sih Yang Suka?

75 10 13
                                    

"Maksudnya kemaren maneh nembak aing?" teriak Zoe tepat di telinga gue.

"Ck, bisa diem, gak?"

"Enggak, tuh." Dia meledek gue sambil suaranya dibuat seperti anak kecil.

Dia menghirup napas saja terdengar di telinga gue—tingginya sebahu gue. "Nih, gue bisa ngomong kapanpun yang gue mau. Jaaaadiiiii lu suka sama gue?" ucap Zoe sambil memicingkan matanya ke arah gue.

"Padahal kalo gue jujur dapetnya apa?" Gue balik menatap dia.

Zoe hanya menggaruk kepala lalu menyengir. "Yaaaaa gue cuma nanya doang. Masalah lu dapet apa gue nggak tau." Dia jalan duluan ke tempat les.

For your information, tadi gue barengan sama dia karena tidak sengaja bertemu di pertigaan jalan. Dan jadilah kita jalan bareng ke tempat tujuan.

Sepanjang jalan bareng dia selalu saja mengoceh sana mengoceh sini, tidak ada berhentinya. Iya seperti tadi, tuh, membicarakan chat semalam yang berujung dibalas abangnya.

"WOOOOHOOOO, NANAAA!!! APAKABS, BRUH?" Sudah dipastikan ini suaranya siapa.

"Kayak biasalah, San." Gue duduk di bangku milik gue. "Hari ini yang ngajar masih Bu Jessica, kan?" tanya gue sambil mengeluarkan buku tulis dari dalam tas.

Sandi hanya mengangguk kemudian lanjut menulis sesuatu. Dari kemarin setiap datang pasti selalu menulis—paling catatan.

Selagi menunggu masuk, gue main game yang sedang trend di era ini. Oh iya, omong-omong si culun tidak pernah kelihatan. Ke mana dia?

Gue agak mendekat ke Sanha. "San, yang culun siapa tuh namanya—Oh si Haris, ke mana dia?" tanya gue seraya melihat bangku kosong paling depan di samping Zoe.

"LAH, EMANGNYA LU GAK TAU?" Sebentar Sandi melihat sekeliling dulu sebelum lanjut omong. "Haris udah gak les di sini lagi."

"Lho, kenapa njir? Kok dia gak cerita."

"Ya lu tau, kan, bokapnya Haris seorang pejabat tinggi. Nah, dia disuruh pindah karena kasus insiden Zoe waktu itu yang di-bully."

"Tapi, kan cuma kita berdua aja yang tahu masalah itu. Cuma kita berdua dari kelas ini. Kok bokapnya bisa tau? Aneh banget," ucap gue heran.

Sandi menghela napas panjang lalu menengok ke arah gue. "Udah gue bilang berulang kali kalo pelakunya yaaaa ... begitu. Suatu hal yang gak pernah lu tau bakal dikasih tau sama dia." Muncul senyum miring di bibir Sandi.

Dan gue mulai berpikir yang aneh. Mungkin bisa saja kejadian Zoe yang seperti di-bully itu hanya akal-akalan dia, atau ada sesuatu menyangkut persahabatan Zoe dan Shilla yang mulai merenggang.

Atau dia adalah seseorang yang disukai laki-laki di samping gue. Kadang dia aneh, sih. Tiba-tiba ribut seperti ada gempa kemudian tiba-tiba diam seperti dari rumah hantu.

Lengan gue menyenggol lengan Sandi. "Sandi!" Lalu dia menengok dengan mengangkat satu alis.

"Kayaknya gue gak sengaja ketemu akun instagramnya di explore gue," lanjut gue lalu membuka instagram cari akunnya. "Ini bukan orangnya?"

Gue menunjukkan fotonya ke depan wajah Sandi yang langsung memasang mata melotot—tidak percaya gue menemukan fotonya.










Gue menunjukkan fotonya ke depan wajah Sandi yang langsung memasang mata melotot—tidak percaya gue menemukan fotonya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
[2] Favorite ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang