10. Tipikal Gadis Idaman

100 7 0
                                    

"NAAAAAAEEEELLL! BALIKIN GANTUNGAN GUE, ISH ELAH NAEL!"

"GAK, GAK BAKAL GUE BALIKIN."

"AWAS LU, NAEL!"

Gue berbelok ke kiri menuju perpustakaan lalu gue masuk tanpa buka sepatu, untungnya tidak ada penjaga perpustakaan jadi gue aman.

Mata gue menelisik rak-rak buku untuk gue bersembunyi pokoknya yang tinggi dan besar. "Nah!" gumam gue sambil jalan ke ujung ruang yang terdapat rak buku tinggi dua meter dan di situ tempat buku sejarah, gue yakin Stella tidak akan menemukan gue.

Setelah gue bersembunyi, gue hanya berdoa komat-kamit supaya terhindar dari setan yang mengganggu. "Ya Allah semoga Stella keseleo kakinya atau patah kek langsung," gumam gue.

Kriet.


"Eh, ada orang gila gak masuk sini?"

Anjay suaranya Stella.

"Oh, makasih."

Gue daritadi sudah tidak jelas komat-kamit apa dan saat gue membuka mata ada Shilla di depan mata gue sedang pilih-pilih buku sejarah. "Lho, Nael lo ngap-"

Gue berisyarat Shilla untuk diam; telunjuk depan bibir gue. "Diem."

Shilla bingung dan gue langsung berjongkok saat suara Stella hampir dekat. "Yuhuuu yang namanya Nael mana, ya? Nongol dong."

Depan gue-Shilla-ikutan jongkok yang dihalangi rak buku sejarah, ini definisi gue akan tertangkap basah. "Ngapain lu ikut jongkok juga?" gerutu gue melihat Shilla malah tersenyum simpul.

Dua kata, orang gila.

"Geer, ih. Gue mau ambil buku sejarah Jepang yang kebetulan ada di bawah, kebanyakan tebar pesona, sih." Shilla terkekeh malu sambil menggeleng-geleng.

"Nael, keluar dong-MAMPUS KETAHUAN, KAN, LO!"

Ancang-ancang hendak lari, tapi kerah seragam gue sudah ditarik oleh Stella. "Woi, perpus ini malah toa lu." Gue melirik ke belakang lihat Stella yang sedang berkacak pinggang.

"Ih bodo. Lagian lu yang usil duluan mana mungkin gue gak se-toa ini," Tangannya melepas cengkeraman kerah seragam gue lalu gue balik badan. "Mana gantungan gue?" Dia menengadah minta gantungan itu, tapi gue hanya tersenyum miring.

"Bukan sama gue, lagian."

Raut wajah Stella berubah jadi panik dan ingin mencak-mencak gue. "ITU, KAN, DARI RAKA-iya iya maap." Teriakannya membuat penghuni perpustakaan jadi menengok ke sini. "Tau ah gue mau nangis aja." Stella sudah memasang bibir cemberutnya.

"Nangis mulu lu, kesel gue."

Terpaksa gue memberikan gantungan itu ke Stella yang sudah membendung air mata buaya. Dan bukannya terima kasih malah kabur keluar perpustakaan. Sialan.

Dari serong kanan belakang gue dengar suara cekikikan perempuan. Gue yakin dia sedang menertawakan gue sekarang. "Kenapa ketawa, hm?" tanya gue sambil putar kepala sembilan puluh derajat ke kanan.

Perempuan itu maju jadi di samping kanan. "Kalo masih ada kesempatan buat cerita perasaan bilang aja ke dianya, keburu hilang kesempatannya." Shilla geleng-geleng tetap dengan cekikikannya sambil memeluk buku Sejarah Jepang.

"Udah, ya, gue balik ke kelas dulu. Takut gak sempet belajar soalnya ulangan. Dah, Nael." Tangannya melambai bebas di depan gue dan pergi ke tempat peminjaman buku.

Tipikal gadis idaman. Pantes Noah bersikap gitu sama cowok yang berani deketin Shilla.


🍃🍃🍃

[2] Favorite ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang