22. Barter Couple

67 7 1
                                    

Setelah seminggu melaksanakan PAS alias Penilaian Akhir Semester genap—ini angkatan gue, tapi kalo adik kelas disebut PTS. Paham, 'kan, kalau gue kelas akhir.

Lumayan hasilnya walau nilai pas-pasan delapan puluh yang penting kejujuran sajalah, untuk apa bagus kalau menyontek? Yang ada merugikan diri sendiri.

Pulang sekolah disuruh bersih-bersih kelas karena besok ingin ambil rapot. Entahlah, sepertinya hanya gue yang tidak takut.

Padahal aslinya dalam hati takut juga.

Tapi untuk Ibu tidak akan memarahi anaknya, dapat jelek syukur kalau dapat bagus alhamdulillah.

Syukur-syukur ponsel gue on the way disita beserta jajaran perangkatnya.

Dan gue disuruh anak perempuan untuk mengepel lantai, tebak saja yang menyuruh gue siapa. Tuh, si bendahara yang sedang ceramahi gue segala sangkutpautkan dengan uang kas menunggak. 'Kan gue jadi malu sendiri.

"Pokoknya lu harus beresin juga. Nih, bagian lu ngepel kelas," ucap Viva seraya memberikan gue ember dan pel.

Gue mendengus dan mau tak mau ambil ember dan pel. "Jangan-jangan anak lakinya cuma gue doang yang disuruh, yang lain dibebasin. Dasar nenek lampir bales dendam ke gue—AH IYA GUE KERJAIN, VI. NIH, GUE AMBIL AERNYA."

Gue langsung jalan ke toilet untuk ambil air, masalahnya si Viva memelototi gue karena apa, ya, mungkin karena gue ganteng. Ya bukanlah, gue yang kebanyakkan omong.

Keluar dari toilet ternyata gue bertemu perempuan lagi. Huh, padahal sudah seminggu lebih, lho, gue tidak bertemu dia dan terbebas dari yang namanya pantauan cctv mantan teman.

Eh, teman juga bisa jadi mantan, ya?

Gue, sih, cuek-cuek saja dia di depan gue, tapi ini anak daritadi tidak menepi. Tidak lihat gue sedang bawa ember yang isinya air, nanti kalau kelamaan gue disalahkan lagi oleh ibu bendahara. Serba salah Nathanael, nih.

"Minggir, dong, Shil. Lu gak lihat apa gue bawa ember? Ntar gue dimarahin sama—"

"IH, NAEL CEPETAN! GUE MAU PULANG, GAK CUMA TUNGGUIN LU NGEPEL SELESAI, COMBRO!" teriakan Viva sampai ke toilet yang lumayan jauh dari kelas—tempat gue berdiri sekarang.

Dagu gue mengarah ke Viva yang sudah berkacak pinggang lalu menatap Shilla lagi. "Tuh, gue udah diteriakin. Berasa kayak fans yang minta tandatangan sama artis."

Tanpa ucapan permisi gue langsung lewati Shilla begitu aja. Tsah. Sudah berapa kali Nathanael dihadirkan sosok perempuan?

Kaki gue rem mendadak yang menghasilkan bunyi decitan dari sepatu karena gue dari toilet, otomatis sepatu gue basah. Siapa lagi kalau bukan Shilla yang buat gue berhenti.

Alis gue bertaut. "Apa lagi?"

Dia memilin ujung rambutnya sambil sesekali menunduk. Kok gelagatnya aneh banget tidak seperti biasanya. "Anu ... gue ...."

Hmm...

"Kalo gak ada apa-apa, gue pergi. Kasian itu pada nungguin gue." Saat gue balik badan si Shilla bicara lagi.

"Bentar, dong," Gue balik badan. "Empat hari yang lalu, 'kan, Zoe ulang tahun. Nah, gue mau kasih kejutan kecil-kecilan buat dia. Jadi ...."

Ah, iya sih Zoe ulang tahun, tapi udah lewat lama banget. Waktu itu gue belum sempet ucapin karna sikonnya lagi gak les, kuota gue habis, dan blablabla.

"Jadi, gue sama lu yang buat kejutan itu. Uumm ... itu, sih, kalo lu mau, Nael."

Gue berpikir dulu, tapi teringat kelas belum dipel. Akhirnya gue langsung lari ke kelas tanpa balas omongan Shilla.



[2] Favorite ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang