01. Tetangga Sebelah

550 25 8
                                    

"Kenapa, Bu?" tanya gue saat sudah di dapur lihat Ibu sedang membuat kue.

Lho, kok Ibu Nael buat kue? Iya, Ibu gue suka banget buat kue. Kuenya juga kreatif, bangga dengan Ibu.

"Tolong anterin kue ke tetangga sebelah, ya."

"Ooohhh tetangga yang baru pindahan kemaren, ya? Anaknya cewek atau cowok, Bu?"

Ibu yang masih memakai celemek balik badan dan menyodorkan gue satu kue brownies utuh dengan tempatnya. "Gak tau deh, Ibu belum ke sana buat kenalan."

Gue manggut-manggut lalu pamitan untuk ke tetangga sebelah.

Sambil jalan gue perhatikan rumahnya, banyak yang ke sana untuk kenalan. Kebanyakkan ibu-ibu jadinya gue malas, tahulah kalau ibu-ibu suka banget mencubit pipi gue.

Iya, Nathanael memang ganteng, tapi bukan begitu juga.

Ini 'kan baru pertama kalinya gue lihat wajah tetangga baru dan gue tidak tahu nama, kalau di sekolah sambil merem saja gue sudah tahu namanya.

"Permisi, saya Nathanael yang tinggal di rumah cat warna biru itu."

Kikuk sebenarnya, tapi tak apa-apalah setelah ini gue bisa pergi.

Kira gue yang jawab omongan gue salah satu orang tuanya, ternyata anaknya. Dua perempuan, yang satu judes dan yang satunya lagi cengar-cengir mulu.

Rambutnya panjang hitam kecokelatan sambil senyum menghampiri gue. "Makasih, ya, udah mampir ke sini."

Gue mengangguk kedua kalinya dan hampir saja gue lupa kue titipan Ibu. "Oh iya, ini kue dari Ibu gue."

Tiba-tiba kue itu dirampas oleh perempuan yang berambut sama, tapi lebih tinggi lagi dari yang tadi. "Makasih."

Bisa gue lihat dari tatapan mata mereka seperti saling tidak suka dan memang gue akui kalau kakak beradik itu selalu berantem.

Yang gue lakukan sekarang hanya menyengir untuk memberi respon ke perempuan judes itu. "Kalo gitu gue balik, ya. Assa-"

"Tunggu dulu."

Alis gue bertaut. "Kenapa?"

"Nanti malem ada acara syukuran keluarga, mohon dateng ya. Terimakasih udah repot-repot bawain kue."

"Iya, sama-sama."

Fyuuhh, akhirnya gue sudah tidak kikuk lagi dan terbebas dari orang baru.

Sesampainya di rumah gue langsung menyampaikan yang perempuan kecil tadi bilang dan Ibu gue mengangguk saja katanya biar ada ikatan silaturahim.

🍃🍃🍃

"Peter, lu ngapain?" Si Peter kaget karena gue kagetkan.

Beberapa menit yang lalu, gue dan Ibu sudah sampai duluan, tapi karena gue melihat Peter ada di syukuran rumah tetangga baru jadinya gue menghampiri bocah itu.

"Hah? Gue emang diundang kesini."

"Diundang? Rumah lu kan di perumahan Omelas, ngapa jadi nyasar disini?"

"Mana gue tau."

"Oh iya, besok TO ke berapa?"

"Baru pertama."

"Anjir, gue deg-degan jadinya."

Saat gue mengobrol dengan Peter di luar sekelebat bayangan muncul di depan mata gue karena sorot sinar lampu ada di belakang dan otomatis gue menengok.

"Kakak-kakak masuk aja, udah ada makanannya kok."

Peter langsung senang sumringah dengar makanan dan tubuhnya otomatis berdiri.

Yeee... pas ada makanan aja langsung seneng, tadi gue ajak ngobrol lesu bat.

Akhirnya gue masuk ke dalam rumahnya bareng Peter yang dikomandokan oleh perempuan baik tadi. Saat sampai di meja makan dengan tidak malunya Peter langsung ambil piring serta makanannya.

Gue? Gue hanya bisa geleng-geleng punya teman yang luar biasa putus urat malunya.

"Peter, lu gak malu apa? Ada pemilik rumahnya, nih," bisik gue ke Peter sambil menunjuk perempuan tadi.

"Gak papa kali, Nael. Namanya rezeki gak boleh ditolak mentah-mentah lagian mateng semua." Peter langsung cari tempat untuk duduk sambil makan.

Sementara gue kembali kikuk lagi. "Kak Nael, ambil aja gak papa kayak temennya tad," ujar perempuan itu yang ternyata masih di samping gue.

Jangan ditanya, itu makhluk emang gak punya urat malu.

"I-iya. By the way, nama kamu siapa?" tanya gue disela kesibukkan ambil makanan.

"Runa Im."

"Yang tadi pagi itu Kakak kamu, ya?"

"Iya, namanya Jane Jo. Kakak tiri aku, Kak."

What the f? Adek kakak tiri? Pantesan tadi kayak gak akrab gitu.

"Kenapa, Kak? Kak Jane galak, ya?"

Gue geleng. "Gak kok gak."

🍃🍃🍃





Characters unlocked🔓

Characters unlocked🔓

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


-Erena Viana-

[2] Favorite ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang