madness in marriage - 6

12.4K 551 4
                                    

Sudah dua bulan semenjak kepergian Papanya, sikap Nadine berubah 180 derajat yang awalnya adalah seorang yang sangat ceria menjalani hidup, kini menjadi muram, bahkan Nadine hanya mengurung diri dikamarnya, dan enggan menemui banyak orang.

Nadine bahkan sempat histeris atas kematian Papanya dan dia menyalahkan dirinya atas apa yang terjadi, banyak kata Andai dalam fikirannya.

Andai dia tidak kabur saat acara pernikahannya.

Andai dia bisa menerima pernikahannya dengan James...

Kini Nadine menangis lagi mengingat permintaan terakhir Papanya, apa dia bisa mengabulkan permintaan Papanya itu sedangkan hati dan perasaannya sakit ketika melihat laki-laki yang sangat dia benci.

Tok tok tok.

"Nadine?, Kianna datang mengunjungimu "

Nadine pun segera menghapus bulir air matanya lalu berjalan kearah pintu untuk menyambut sahabtanya itu.

Dan saat pintu terbuka Kianna pun langsung memeluk Nadine dengan erat, "Aku kangen "

Entah beberapa menit mereka berpelukan, kini mereka sudah duduk manis di atas kasur Nadine.

"Aku sangat bingung, apakah aku harus merelakan rasa sakit hatiku demi memenuhi permintaan papa "

Kianna pun tersenyum lalu memegang kedua tangan Nadine, "Lakukanlah apa yang menurut hatimu benar Nadine "

"Entahlah Kianna, aku hanya akan merasa bersalah jika tidak mengabulkan permintaan papa "

"Lalu bagaimana dengan hatimu Nadine? Jika menurut hatimu dengan mengabulkan permintaan papamu untuk menikahi laki-laki itu adalah baik maka lakukanlah, bukankah kata papamu laki-laki itu adalah laki-laki yang baik, percayalah Nadine menurutku sudah seharusnya kita mendenagrkan kata-kata orang tua karena tidak ada orang tua yang mencoba menjerumuskan kita dalam hal yang tidak baik, karena setiap orang tua pasti akan memilih yang terbaik untuk anaknya "

Nadine pun mengangkat kepalanya yang sedari tadi menunduk lalu menatap Kianna, dan sejurus kemudian Nadine pun menoyor kepala Kianna, "Tumben kata-katamu bijak "

"Ish, kamu itu merusak moment yang dari tadi udah susah susah aku bangun "

Akhirnya tawa pun kembali memasuki hari Nadine, ya Nadine sudah membulatkan tekadnya, demi papanya dia akan melakukan apapun,
meskipun rasa sakit hatinya pada laki-laki itu belum berkurang sedikitpun, tapi bukankah dengan adanya pernikahan ini Nadine dapat membuat James menjadi hancur?





***





Keesokannya kini Nadine sudah berada di kantor James, ya Nadine akan mencoba berbicara dengan James mengenai permintaan papanya.
Setelah mengetahui dimana ruangan James dikantor ini, Nadine pun segera menuju ruangan James, dan satu fakta baru Nadine ketahui ternyata James adalah pemilik perusahaan ini.

Ketika sampai di lantai tempat ruangan james berada Nadine pun segera menghampiri meja sekertaris yang berada disamping pintu yang seperti nya adalah pintu ruangan James, ya karena dilantai ini hanya terdapat satu pintu.

"Maaf nona, ada yang bisa saya bantu? " ucap seorang wanita yang menurut Nadine cukup muda, Nadine memperhatikan penampilan wanita dihadapannya ini, penampilannya cukup sopan, Nadine fikir James akan memiliki sekertaris yang cantik dan sangat sexy tapi ternyata tidak.

"Mmm, bisakah aku bertemu dengan Mr. Reid "

"Maaf nona apakah anda sudah memiliki Janji dengan tuan "

"Tidak, tapi-- "

Tiba-tiba suara telephone diatas meja sekertaris itu pun berbunyi dan dengan segera wanita itu pun mengangkatnya.

Setelah menutup telephinenya, wanita dihadapan Nadine ini pun tersenyum.

"Baiklah nona, mari saya antarkan menemui tuan "

Nadine pun mengikuti wanita itu memasuki ruangan James, bisa Nadine lihat James yang sedang berdiri membelakanginya sambil menatap keluar jendela besar yang berada di ruangannya.

"Terima kasih Lily kau sudah mengantarkannya, sekarang kau bisa pergi "ucap James yang bahkan masih membelakangi Nadine dan wanita yang bernama Lily itu.

"Baiklah tuan, saya permisi "

Setelah kepergian Lily, tidak ada satu pun pembicaraan antara Nadine dan James.

"Tidakkah kau lelah terus berdiri disana Nad? "

Nadine yang mendengar suara James pun tak bergeming

James yang tak mendapat jawaban dari Nadine pun akhirnya berbalik menatap Nadine yang hanya memandangnya dengan tatapan kosong, dan ketika James berjalan mendekati Nadine, Nadine pun langsung bersikap waspada.

"Aku tak suka berbicara dengan keadaan berdiri "ucap James lalu menarik pelan tangan Nadine menuju sofa kecil diruangannya.

Setelah mereka duduk berhadapan, James pun akhirnya buka suara, "sebenarnya ada apa kau tiba-tiba datang ke kantor ku "

Nadine sebenarnya gugup berhadapan dengan James ya walaupun dia membenci James dengan sepenuh hatinya, nun aura yang dikeluarkan oleh sosok laki-laki dihadapannya ini membuat Nadine seketika gugup.

"Aku....ak---"

"Kau tidak perlu gugup Nadine, cukup katakan dengan tenang apa yang kau inginkan "

Setelah merasa cukup tenang akhirnya Nadine pun memandang James dengan tatapan yabg sulit diartikan, " Aku ingin kita segera menikah "

James yang saat itu berusah untuk bersikap tenang pun terkejut ketika mendengar kalimat pendek yang baru saja dikatakan oleh Nadine.

" Apa kau yakin Nad? Bukankah kau tidak ingin menikah denganku, dengan laki-laki brengsek sepertiku "

" Kau tau aku bahkan lebih baik mati daripada harus menikah dengan mu, tapi ini permintaan papaku, hanya demi papa aku melakukan pernikahan ini "

James menghela nafas kasar, " Aku tidak ingin membuatmu menderita dengan pernikahan ini Nad "

Nadine melirik James dengan tajam, " Oh apa kau tidak sadar Mr. Reid kau bahkan sudah membuatku menderita sejak dulu "

Nadine pun bangkit dari duduk nya lalu berjalan kearah pintu, " Aku harap kau dapat menngabulkan permintaanku, dan kau tak usah menghawatirkan perasaan ku karena sudah sejak dulu kau menyakiti perasaanku, jadi aku sudah terbiasa akan hal itu "








Tbc

Thanks udah mau baca ceritaku sampai chapter ini.






Zeaa ♥


Madness in Marriage ✅Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang