Jam istirahat, Adhara berada di perpustakaan, tanpa kedua temannya. Adhara harus meminjam buku fisika untuk mengerjakan tugasnya yang harus dia kumpulkan minggu depan. Adhara termasuk siswi rajin, dia sering mengerjakan tugasnya jauh-jauh hari, menurutnya mengerjakan tugas lebih menyenangkan dari pada pergi hangout bersama teman-temannya.
Adhara menjelajahi rak yang di khususkan untuk kumpulan koleksi buku fisika, membaca satu persatu judul buku. Setelah menemukannya Adhara segera mengambilnya dan membawanya ke meja untuk dibaca. Adhara masih memiliki waktu 10 menit sebelum bel masuk.
Adhara membuka buku tadi, dan mulai mencari materi tentang gaya gravitasi di luar angkasa. Adhara pun membacanya dengan fokus, terlihat dari bola matanya yang kesana kemari. Tiba-tiba Adhara merasakan ada seseorang yang duduk di sebelahnya, Adhara pun menoleh. Alisnya terangkat saat melihat Riki duduk di sampingnya dengan tersenyum kepadanya.
"Boleh duduk disini kan?" Tanya Riki setelah membenarkan duduknya yang kini menghadap ke Adhara.
Adhara diam tak menanggapi, dia memilih untuk memperhatikan sekeliling, dan kini dia menjadi pusat perhatian siswa-siswi di perpustakaan.
"Ngapain tuh Riki disini?"
"Hebat, seorang Riki mau masuk perpus"
"Makin ganteng aja tuh anak orang"
Begitulah celotehan beberapa orang tentang seorang cassanova yang jarang menginjakkan kakinya di perpustakaan, lebih tepatnya tidak pernah. Adhara kembali membaca buku yang ada didepanya, tidak menjawab pertanyaan yang di lontarkan Riki tadi.
Merasa di cuekin, Riki mengambil alih buku yang di bawa Adhara, dan membaca buku tersebut. "Lo suka ilmu perbintangan ya? Sama dong, gue juga suka"
Adhara menatap aneh cowok yang ada di depannya.
"Gue biasanya pinjem buku punya abang gue, dia dapurnya ilmu, semua macam buku ada dikamarnya" Riki membolak-balikkan lembaran buku, "Kapan-kapan gue ajak lo ke rumah, nanti gue pinjemin abang gue buku. Lo mau buku apa? Sastra? Sejarah? Biografi? Atau novel? Komik?" Tanyanya sambil melihat Adhara.
Adhara menghela napasnya, "udah ngomongnya?"
Riki tersenyum sambil mengangguk, menandakan 'iya, sudah'.
"Sekarang lo pergi, gue gk mau diganggu!" Dengan wajah kesal Adhara mengusir Riki yang masih menatapnya
Riki menggelengkan kepalanya "Gk mau, lagian gue kn mau nemenin lo disini"
"Oke kalo lo gk mau pergi, biar gue yang pergi" Adhara menutup bukunya dan beranjak pergi
Riki menjadi tersenyum melihat kekesalan Adhara, dia merasa ada yang berbeda pada diri Adhara. Dia merasakan sesuatu yang mungkin belum dapat dia pahami. Diam-diam Riki sering memperhatikan Adhara sejak kejadian waktu itu, dia selalu ingin melihat senyum Adhara, meskipun dia tau Adhara tidak pernah tersenyum kearahnya.
***
Adhara menjatuhkan bokongnya di kursi panjang kantin, tempat dimana kedua temanya duduk. Meli dan Kinan saling tatap dengan wajah bertanya.
"Lo kalo mau baca di perpus Ra, jangan di kantin, salah tempat lo" cibir Meli saat melihat temannya duduk di sampingnya sambil membawa buku.
Adhara tidak menanggapi, kemudian mengambil minuman milik Kinan dan meminumnya sampai habis.
"Eh punya gue tuh" protes Kinan merebut kembali gelas yang kini sudah kosong.
"Gue nyesel, kenapa kemarin gue bangunin anak kucing tidur" Adhara meletakkan kepalanya diatas meja.
KAMU SEDANG MEMBACA
Adhara (Selesai)
Teen FictionDiam bukan berarti bisu, bukan berarti tidak suka, bukan berarti tak punya hati. Tapi diam jawaban lain saat mulut tak bisa mengucapkan. Adhara tak pernah menyangka, cowok populer disekolah barunya merusak hari-hari indahnya.