🍁Happy Reading🍁
"Kok kesini? Mau ngapain?"
Adhara menolehkan kepalanya ke kanan dan ke kiri saat Riki membawanya ke tempat pemakaman umum. Merinding, perasaan Adhara sekarang, berada di pemakaman di sore hari tak pernah terfikirkan oleh Adhara. Meskipun dia tidak sendiri, tapi Adhara merasa ini bukan hal yang bagus.
"Rik, ngapain kesini? Takut ahh. Pulang aja ayo!"
Riki trus menarik tangan Adhara sampai ke tengah pemakaman dan berhenti di depan sebuah makam. "Tiara Citra Anggraini" Adhara mengeja nama yang tertera di batu nisan. Jadi Riki membawa Adhara ke makam Tiara.
"Lo ngapain bawa gue kesini?" Tanya Adhara
"Kita temenan dari kecil, gue sayang banget sama dia, dia segalanya buat gue. Gue bakal lakuin apapun buat dia, asalkan dia bahagia" Riki menoleh ke belakang menatap Adhara, wajahnya muram, terlihat dari sorot matanya yang memperlihatkan kesedihan disana, "tapi sayangnya tuhan mengambilnya"
Adhara masih diam, mendengarkan, dan menatap Riki.
"Gue gagal buat ngelindungin dia, saat dia terkapar di rumah sakit gue gak bisa ngelakuin apa-apa, gue kyak orang bodoh! Gue gak guna!"
"Lo gak bisa nyalahin diri lo sendiri, ini gak salah lo Rik. Ini emang udah takdir yang tuhan gariskan buat lo sama Tiara, lo harus bisa terima ini semua"
"Semua orang ngomong gitu, gak ngerti gimana perasaan gue! Gue sakit karena harus kehilangan orang yang gue sayang!" Adhara terlonjak mendengar suara Riki yang meninggi
Entah apa yang melanda Adhara sekarang, yang jelas mata Adhara terasa panas dan dadanya merasa sesak. Sedangkan Riki menundukkan kepalanya, mencoba menenangkan perasaanya yang sekarang sedang tidak baik.
"Gue juga ngerti gimana sakitnya kehilangan Rik, karena gue juga pernah ngerasain kehilangan! Gue kehilangan mama!" Kini suara Adhara yang meninggi. Mendengarnya Riki memutar kepalanya, Adhara menangis.
"Kok lo jadi nangis?" Adhara menepis tangan Riki saat menyentuh pipinya
Riki terkesiap, dia menatap Adhara tak tega, melihat Adhara menangis seperti ini entah mengapa dia merasakan sakit. "Sorry buat ucapan gue tadi, gue gak bermaksud buat nyakitin lo. Please jangan nangis"
Riki semakin bingung saat tangisan Adhara tidak bisa dia hentikan. Jika dulu Tiara menangis, Riki akan langsung memeluknya dan menenangkannya. Tapi ini Adhara, bukan Tiara, cewek yang trus menjauhi dirinya, bukan cewek yang trus mencari keberadaannya.
Riki tak punya pilihan lain saat tangisan Adhara berubah menjadi isakan, Riki memeluknya, mencoba memberi kenyamanan, tak peduli jika nantinya Adhara akan memukulinya, yang jelas untuk sekarang dia sedang mencoba menenangkan perasaan Adhara. Namun siapa sangka, Adhara ternyata membalas pelukan Riki, lebih kencang dari pelukan Riki. Mungkin sekarang gadis itu benar-benar rapuh dan membutuhkan seseorang untuk menjadi sandaran.
"Lo jangan nangis, kita sama-sama kehilangan, lo harus kuat" Riki membisikannya tepat di telinga Adhara, suaranya begitu lembut, dan mungkin hanya mereka berdua yang mendengarnya.
***
Setelah mengantar Adhara pulang, Riki pergi ke minimarket dekat komplek rumah Adhara, karena tadi Zafran menyuruhnya membeli sesuatu. Karena Riki adik yang baik, Riki mau menuruti permintaan Zafran, meskipun terkadang Riki selalu meminta upah.
KAMU SEDANG MEMBACA
Adhara (Selesai)
Teen FictionDiam bukan berarti bisu, bukan berarti tidak suka, bukan berarti tak punya hati. Tapi diam jawaban lain saat mulut tak bisa mengucapkan. Adhara tak pernah menyangka, cowok populer disekolah barunya merusak hari-hari indahnya.