Chapter 5

423 33 14
                                    


Pagi ini, lagi-lagi kelas 11 Ipa 2 kosong, dan sampai detik ini Pak Bandi selaku guru piket hari ini belum datang. Akibatnya para murid sibuk dengan sendirinya. Adhara dan ketiga temannya duduk dibangku mereka. Adhara menatap tajam kearah Meli yang saat ini sedang menunduk, siap untuk mengintrogasi.

"Jadi lo yang ngasih nomor gue ke Riki?" tanya Adhara lagi-lagi kepada Meli, karena Meli belum menjawab pertanyaan Adhara sejak tadi.

"Sorry Ra" jawabnya mencoba tersenyum.

"Lo tau gk sih Mel? Dia itu ganggu gue banget, tiap malam dia telp gue"

"Waktu itu gue juga gk mau ngasih, tapi dia maksa. Gue minta maaf" Meli mengangkat jari telunjuk dan tengah, membentuk huruf V.

Adhara mendengus kesal, begitu mudahnya Meli memberikan nomornya kepada cowok nyebelin kyak Riki. Meskipun Riki seorang cassanova SMA Tunas Bangsa, tapi bagi Adhara Riki adalah cowok ngeselin yang selalu menjadi sumber masalah di hidupnya.

Jika temannya akan mengeluarkan pujian saat bertemu Riki, Adhara justru mengeluarkan sumpah serapahnya jika bertemu dengan Riki. Baginya Riki benar-benar pengganggu.

Meli mengumpat dalam hati, dia bersumpah akan mencabik-cabik mulut lemes milik Riki yang benar-benar tidak bisa dipercaya. Waktu itu Riki sudah berjanji tidak akan memberi tau Adhara jika Meli yang memberikan nomornya, tapi ternyata cowok itu tidak bisa dipegang janjinya.

Ditatapnya Adhara dengan wajah memohonnya, berharap temannya ini mau memaafkannya. Tapi Adhara malah melengoskan wajahnya.

"Lho bukannya Riki gk punya hape ya? Kok bisa telp lo Ra?" ucap Kinan yang sedari tadi hanya diam.

Adhara mengerutkan dahinya, "Masak sih?" Kinan mengangguk mengiyakan.

***

Riki berdiri di depan pintu perpustakaan, dia ragu untuk masuk, bertemu dengan barisan buku-buku yang tertata rapi membuatnya bingung, dia benci itu.

Tapi Riki harus bertemu dengan Adhara, Adhara sudah membuat tidurnya tidak nyenyak semalam. Tak peduli dengan status dia sekarang yang menjadi pacar dari Aira, toh Riki memacarinya hanya karena kasihan, bukan karena suka, sayang atau pun cinta.

Riki menghembuskan nafasnya, tekadnya bulat, ia akan masuk bertemu dengan Adhara. Tapi langkahnya terhenti saat Adhara berada di depannya dengan wajah datarnya.

"Hai?" Sapa Riki

Adhara diam tak merespon, Riki jadi salah tingkah sendiri, digaruknya kepala yang tak gatal itu.

"Minggir!” ucap Adhara ketus

"Gue mau ngomong sama lo"

"Gue sibuk--ehh"

Riki menarik Adhara pergi, jika menungggu Adhara mengiyakan ajakannya itu akan membuang waktu lama dan jam istirahat tinggal 10 menit.

Adhara memberontak, mencoba melepaskan tangannya dari cengkraman Riki. Tapi apa daya? Tenaga cewek selalu kalah dengan tenaga cowok yang kuat.

"Sayang, kamu mau kemana?" Tiba-tiba sesosok Aira menghalangi jalan Riki

Aira melihat kearah Adhara yang berada di belakang Riki, lalu turun melihat tangan Riki yang memegang tangan Adhara.

Adhara menelan ludahnya kasar, sepertinya musuhnya di sekolah akan bertambah satu, dan itu gara-gara Riki, lagi.

"Bukan urusan lo" ucap Riki meninggalkan Aira dan masih menarik Adhara

Adhara (Selesai)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang