Chapter 10

277 19 9
                                    

🍁Happy Reading🍁





Adhara masih bersama Andra, berada di sebuah cafe bersama teman-temannya dari Bandung. Mereka tampak antusias mendengar cerita Adhara selama berada di sekolah barunya.

"Jadi Elina musuh lo?" Tanya Andra

"Iya, puas banget gue ngerjain dia tadi, dia tuh kyak gak terima banget tau lo itu pacar gue" jawab Adhara yang masih tertawa puas

"Pacar dari Jonggol! Kembar iya" saut teman Adhara, Sandra

"Kita kn siblings goals!" Adhara dan Andra bertos ala mereka

Adhara dan Andra adalah saudara kembar non identik, Adhara lahir lima menit setelah Andra. Sejak kecil mereka trus bersama, kompak, dan saling melindungi. Andra yang notabennya sebagai seorang kakak, tidak segan-segan menghajar orang yang berani menyakiti Adhara. Sedangkan Adhara, selalu mendukung apa yang menjadi pilihan Andra.

"Jadi gimana Ra? Udah berapa banyak cowok yang lo dapat?" Tanya Sandra

Adhara menggeleng, "gue gak tertarik sama cowok-cowok di sekolah baru gue"

"Emang gak ada yang bisa ngalahin gantengnya Fachri? Sampai-sampai lo gak tertarik sama mereka" saut Riska

Raut wajah yang tadinya ceria, kini menjadi muram saat Adhara mendengar nama Fachri.

"Udah sama gue aja Ra, gue klo di bandingin sama Fachri, masih cakepan gue kemana-mana, si Fachri mah kalah" goda Karel yang mendapat pukulan dari Andra, "apaan sih Ndra? Sensi amat lo"

"Lawan gue dulu klo lo emang suka sama Adhara" jawab Andra

"Dan langkahin dulu mayat gue" ucap  David menyaut

"Eh apaan lo biji kuaci? Ngikut aja lo"

"Jelaslah gue ikut, si Adhara kan bebeb gue"

Adhara, Andra dan yang lainnya tertawa, mendengar ucapan David yang selalu menganggap Adhara sebagai kesayangannya, meskipun itu hanyalah bercanda.

Ponsel Adhara berdering, sebuah panggilan masuk dari Reno. Adhara mengambil ponsel yang terletak di atas meja dan mengangkat telp dari Reno.

"Iya Pa, kenapa?"
"Aku lagi sama temen aku di cafe"
"Iya aku pulang"

Adhara menutup sambungan telp lalu menoleh ke arah Andra yang sudah menatapnya dari tadi.

"Papa nyuruh pulang" kata Adhara

"Lo betah tinggal sama mereka?" Tanya Andra, Adhara tak menjawab.

"Lo beneran gak mau pulang ke rumah?" Tanya Andra lagi, Adhara masih diam, "kyaknya lo udah bahagia ya?"

"Gue gak ada alasan buat pergi dari rumah, mereka baik sama gue"

"Tapi mereka yang udah buat keluarga kita hancur! Lo harus inget itu!" Nada suara Andra meninggi

Keempat temannya yang tadi sedang bercanda, kini menoleh kearah mereka.

"Iya gue tau, tapi gue gak bisa trus bersikap dingin sama mereka sedangkan mereka selalu ngasih kehangatan sama gue"

"Penjilat tetaplah penjilat!"

Adhara (Selesai)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang