🍁Happy Reading🍁
Pagi menyapa, Adhara baru saja keluar dari kamar mandi dengan memakai seragam sekolahnya, lalu berjalan menuju meja riasnya dan menatap dirinya di depan cermin, matanya sembab akibat menangis semalaman, kemudian menghela nafasnya kasar.
Tokk.. Tokk..
"Adhara?"
Suara ketukan pintu diikuti dengan panggilan, tiba-tiba terdengar, itu suara Bisma.
Adhara pun melangkah membukakan pintu kamarnya, dan benar Bisma berada di depan kamarnya dengan kedua tangan dia masukan ke dalam saku celananya.
"Gue belum selesai" ucap Adhara
"Mau makan apa?" Tanya Bisma dingin, benar-benar dingin
Adhara menaikkan alisnya, "gue sarapan di sekolah aja"
Bisma mengangguk kemudian berlalu, Adhara pun kembali menutup pintu melanjutkan aktivitasnya yang sempat tertunda.
20 menit berlalu, Adhara belum keluar dari kamarnya, sedangkan Bisma sudah menunggunya sejak tadi di ruang keluarga. Matanya trus melirik jam tangan hitam yang melingkar di tangannya, 15 menit lagi sekolah masuk, tapi Adhara belum menunjukkan tanda-tanda dia selesai.
Tak lama terdengar derap kaki menuruni tangga, dan di susul suara kekehan, Bisma menoleh. Terlihat Adhara sedang menuruni tangga dengan ponsel yang menempel di telinga sebelah kanannya.
"Janji ya? Awas kalo bohongin gue, gue gak bakal mau ketemu lo lagi. Udah ya, gue mau berangkat, bye"
Setelah sambungan telepon terputus, Adhara menyimpan ponselnya pada saku seragamnya, dan menghampiri Bisma. Bisma menatap adik tirinya sekilas, kemudian berjalan mendahului, Adhara hanya mengikuti dari belakang.
***
Riki menghentikan motornya di parkiran sekolah, tepat di samping motor Danu. Ketiga temannya sudah kompak datang, hanya Riki yang telat datang, itu semua gara-gara Zafran yang mengatur alarmnya menjadi pukul 6, dalam hati dia ingin sekali mengutuk abangnya yang jahilnya kelewat batas.
"Kenapa tuh muka di tekuk gitu?"
"Iya, kayak baju gak pernah di setrika satu abad"
"Nyeremin, mirip wajahnya wowo"
Sontak tawa Fachri, Alvin dan Danu pecah mendengar ucapan mereka sendiri, Riki yang menjadi bahan ledekan pun hanya bisa merengut.
"Ketawa aja trus, sampai ibunya gen lontar beranak ayam mati sapi" sengit Riki
Ketiga temannya diam, tidak ada yang tertawa lagi, kemudian saling tatap.
"Apa sih Rik? Garing" kata Fachri dan diikuti anggukan Alvin dan Danu
"Arghh serah!" Riki melangkah pergi dan dongkol, sedangkan ketiga temannya hanya cekikikan mengikutinya di belakang.
"Fachri!"
Terdengar suara perempuan yang memanggil Fachri, lantas mereka berempat berhenti dan menoleh kearah sumber suara, ternyata Yasmine yang memanggil, yang baru saja turun dari mobilnya. Yasmine berlari kearah mereka dan berhenti di depan Fachri, senyumnya merekah luar biasa.
"Kenapa semalam gak bisa? Padahal gue udah masakin makanan ke sukaan lo" kata Yasmine pada Fachri
Kini semuat mata tertuju pada Fachri, yang tampaknya sedang berfikir.
KAMU SEDANG MEMBACA
Adhara (Selesai)
Teen FictionDiam bukan berarti bisu, bukan berarti tidak suka, bukan berarti tak punya hati. Tapi diam jawaban lain saat mulut tak bisa mengucapkan. Adhara tak pernah menyangka, cowok populer disekolah barunya merusak hari-hari indahnya.