🍁Happy Reading🍁
Hari ini Adhara kembali masuk sekolah, setelah dua hari tidak masuk karena sakit. Adhara berjalan menelusuri koridor dengan santai, tak memperdulikan tatapan siswa-siswi yang sedari tadi menatapnya dengan sinis, bahkan ada juga yang membicarakannya. Dan kata-katanya pun cukup pedas untuk di dengar.
Adhara memasuki kelasnya, kelas yang tadinya ramai menjadi hening saat Adhara masuk dan memilih untuk saling berbisik. Adhara memilih duduk di bangkunya, mengabaikan semua yang terjadi pada pagi ini.
"Gimana? Udah sehat?" Tanya Meli yang kini membalikkan tubuhnya menghadap kearah Adhara
Adhara mengangguk menanggapinya.
"Kita kemarin mau jengukin lo, tapi lo gak mau kasih alamat rumah. Kenapa sih?" Kini giliran Kinan yang bertanya
"Gue gak papa, jadi gak usah di jenguk"
"Gak papa tapi gak masuk dua hari" Adhara terkekeh lalu berucap maaf
***
"Jadi, kenapa lo bisa berantem sama Riki kemarin?" Tanya Adhara mengintrogasi Fachri
Sekarang Adhara dan Fachri berada di perpustakaan. Tadi sebelum jam istirahat Adhara mengirim pesan ke Fachri untuk menemuinya di perpustakaan, berniat untuk mengintrogasinya. Karena kemarin Meli dan Kinan sudah menceritakan perkelahian antara Riki dan Fachri yang katanya disebabkan oleh Adhara. Dan itu cukup mengganggu fikiran Adhara dari kemarin.
Dan tatapan sinis yang Adhara dapatkan tadi pagi, Adhara sudah mengerti, pasti karena masalah ini. Karena itu Adhara mengabaikannya.
"Jadi lo udah tau?" Bukannya menjawab, Fachri malah berbalik tanya
"Ri, lo sama Riki itu cassanova disini, berita apapun tentang lo pasti cepat menyebar"
"Oh itu pasti" ucap Fachri dengan bangganya, yang malah membuat Adhara menatapnya tajam
"Lo cerita sekarang atau gue gak mau temenan sama lo lagi" ancam Adhara
"Oke, gue bakal cerita. Jadi waktu itu gue baru datang, baru markirin motor kesayangan gue, trus tiba-tiba Riki datang dan mukul gue. Ya gue gak terima dong dia mukul gue tanpa sebab, yaudah gue bales"
"Trus kenapa Riki mukul lo? Gak mungkin dia mukul lo tanpa sebab"
"Karena gue berada satu langkah di depan dia" Adhara mengerutkan dahinya, menandakan dia tak mengerti dengan apa yang Fachri maksud
"Gue sayang lo Ra, gue bakal perjuangin apa yang harus jadi milik gue. Meskipun pada akhirnya lo lebih milih dia dan ninggalin gue, setidaknya gue pernah berjuang mendapatkan hati lo" ucap Fachri tulus sambil menatap manik mata Adhara, membuat hati Adhara seperti teriris, merasa bersalah karena telah menyakiti perasaan Fachri.
"Nanti mau pulang bareng gak?" Adhara menggeleng, menolak tawaran Fachri
"Yaudah klo gitu, gue duluan ya? Yang lain udah nungguin di kantin" pamit Fachri sambil mengacak rambut Adhara lalu pergi dari hadapan Adhara
Adhara diam memandangi punggung Fachri, perasaanya menjadi tak karuan. Adhara tidak bisa membohongi perasaanya yang masih menyayangi Fachri, dia sangat merindukan Fachri, cowok yang masih menjadi pengisi hatinya. Adhara ingin kembali, tapi itu tidak mungkin.
KAMU SEDANG MEMBACA
Adhara (Selesai)
Teen FictionDiam bukan berarti bisu, bukan berarti tidak suka, bukan berarti tak punya hati. Tapi diam jawaban lain saat mulut tak bisa mengucapkan. Adhara tak pernah menyangka, cowok populer disekolah barunya merusak hari-hari indahnya.