🍁 Happy Reading 🍁
Send
Adhara mengirim pesan singkat untuk kakak tirinya, Bisma, jika dia sedang bersama Riki dan akan pulang telat, sesuai perintah Riki tadi. Karena sepulang sekolah tadi Riki langsung membawanya ke cafe yang terletak tak jauh dari sekolah mereka.
Sebenarnya, tanpa disuruh Riki pun dia akan tetap memberi tau Bisma, dia tidak ingin kejadian kemarin terulang kembali, dia juga tidak mau membuat Bisma khawatir lagi.
"Gimana? Udah?" Tanya Riki
Adhara mengangguk mengiyakan.
"Jadi masih gak mau cerita?" Tanya Riki lagi
"Cerita? Cerita apa?" Tanya Adhara balik
Riki memutar bola matanya malas, "gue pernah bilangkan, kalo lo itu gak sendiri, kalo lo punya masalah lo bisa cerita sama gue"
"Iya trus? Gue harus cerita apa? Bahkan gue gak ngerti dimana titik masalah gue"
"Ck! Susah banget sih klo disuruh cerita? Jadi gila baru tau rasa lo"
"Maksud lo jadi gila?" Tanya Adhara dengan mata melotot
"Ya kalo lo punya masalah dan gak mau cerita, lo pendem sendiri, lama-lama lo bisa gila karena mikirin masalah lo sendiri"
Mata Adhara yang tadinya sudah melotot kini semakin menajam dan tatapannya tepat dilingkaran hitam bola mata Riki, "jadi lo doain gue jadi gila? Gitu?"
"Eh ya bukan gitu Dhar"
"Trus apa?"
Suara Adhara meninggi, pengunjung cafe yang tadinya sibuk dengan urusan mereka sendiri, kini beralih menatap Adhara dan Riki, dan diiringi dengan suara bisik-bisik. Telinga Adhara tidak sengaja menangkap percakapan tiga orang cewek yang duduk disamping mejanya.
"Eh mereka berantem"
"Kayaknya si cowok selingkuh deh"
"Pasti abis ini mereka putus"
"Gak adil sih jadi pasangan, masa ganteng sama cantik? Seharusnya kan dari mereka ada yang jelek salah satu"
Segera Adhara memutar kepalanya ke arah meja mereka, menatap ketiga cewek tersebut dengan tajam, sebelum pembicaraan mereka semakin jauh. Dan ketiga cewek tersebut langsung mengalihkan pandangan mereka, pura-pura sedang tidak membicarakan Adhara dan Riki.
"Makanya, jangan langsung marah-marah gitu, gak enak kan jadi pusat perhatian?" Ucap Riki
"Tau ah, kesel!" Adhara membuang muka, Riki terkekeh melihat Adhara yang sedang cemberut.
"Jadi makin sayang" celetuk Riki yang ternyata membawa efek besar kepada Adhara, tiba-tiba Adhara merasakan darahnya mendesir hebat ketika Riki mengucapkan tiga kata tersebut, sampai dia menelan salivannya kasar dan tak berani menoleh kearah Riki, karena dia takut Riki akan melihat wajahnya yang merah karena tiga kata celetukan Riki.
"Ciee pipinya merah tuh" goda Riki yang mengetahui perubahan sikap Adhara.
"Apa sih? Gak" elak Adhara yang malah membuat Riki tertawa, Adhara mendengus kesal.
Tak lama, seorang pelayan datang dan membawakan pesanan mereka. Setelah itu mereka menyantap makanan masing-masing dalam keheningan. Sampai akhirnya ponsel Adhara berdering.
"Kenapa?"
"Di cafe sama temen"
"Papa nanti malam udah di rumah, nanti sore aja ke rumah"
"Iya udah, kabarin ya?"
"Bye"Sambungan terputus, Adhara meletakkan kembali ponselnya di atas meja.
KAMU SEDANG MEMBACA
Adhara (Selesai)
Teen FictionDiam bukan berarti bisu, bukan berarti tidak suka, bukan berarti tak punya hati. Tapi diam jawaban lain saat mulut tak bisa mengucapkan. Adhara tak pernah menyangka, cowok populer disekolah barunya merusak hari-hari indahnya.