🍁 Happy Reading 🍁
Riki menghentikan mobilnya di depan rumah Adhara, pandangannya lurus ke depan sambil menunggu Adhara turun dari mobilnya, tapi tidak ada tanda-tanda gadis di sebelahnya akan turun. Riki menoleh kearah Adhara. Adhara masih diam di tempat dengan menatap kearahnya, "kenapa gak turun? udah sampai"
"Loe marah sama gue?" Tanya balik Adhara. Sejak Riki mengajaknya pulang tadi, entah mengapa Adhara merasa bersalah karena telah membuat Riki marah di hari spesialnya. Meski dia tidak tau, apa benar hari ini hari ulang tahunya atau tidak?
"Marah? Iyalah gue marah. Gue udah luangin waktu hari ini cuma buat ngehabisin waktu sama lo di hari spesial gue. Semua janji gue sama temen-temen gue, gue batalin cuma karena lo, tapi lo? Lo malah bikin rencana gue rusak" jawab Riki gamblang
Adhara membulatkan matanya, kali ini dia benar-benar merasa bersalah, "Gue minta maaf"
"Minta maaf gak bakal bikin semuanya kembali" kata Riki sambil menatap manik mata Adhara tepat.
"Oke, sekarang lo mau apa? Jalan lagi? Ayo!"
"Gak, gue udah males. Turun, gue mau pulang"
"Lo tuh.." Adhara menggeram, kemudian turun dan menutup pintu mobil dengan keras. Setelah Adhara turun, Riki langsung menjalankan mobilnya pergi. Sedangkan Adhara mendengus kesal, kemudian masuk kedalam rumah.
"Kenapa tuh muka?" Todong Andra tiba-tiba, Adhara yang baru saja masuk terlonjak kaget.
"Lo tuh bisa gak sih gak usah ngagetin?" Adhara memprotes kemudian berlalu
Andra yang penasaran dengan Adhara, mengikuti Adhara dari belakang sambil terus bertanya, sampai mereka sampai didepan kamar Adhara.
"Lo tuh kenap sih? Pulang-pulang wajah udah lecek kyak baju gak disetrika" kata Andra
"Udah deh gak usah banyak tanya, gue lagi kesel" kata Adhara, kemudian masuk dan mengunci pintu.
***
Riki berjalan memasuki cafe tempat biasa dia dan ketiga temannya kumpul, dia langsung duduk di meja tempat ketiga temannya duduk. Riki menarik kursi dengan kasar dan mendudukinya seperti orang kesetanan, dengan wajah yang sangat masam.
Danu yang duduk disampingnya, menatap aneh kearah Riki, "kenapa lo?" Tanyanya.
"Palingan juga gagal jalan tuh sama Adhara" ucap Alvin menyaut
"Gue bilang juga apa? Adhara kalo emang udah gak suka, ya dia bakal tetep gak suka" ucap Fachri sinis tanpa menoleh kearah Riki
"Apa lo bilang? Coba ulangi!" Sentak Riki, siang ini moodnya sedang buruk karena Adhara, dan ucapan Fachri mampu menyentil hati Riki.
"Adhara kalo udah gak suka ya tetap gak suka, dan lo tau sendiri dari awal Adhara udah gak suka sama lo" ucap Fachri mengulangi dan memperjelas
"Lo lupa atau pura-pura lupa? Gue udh sering jalan sama Adhara, dan ini bukan pertama kalinya gue jalan sama Adhara. Lagian dia gak mau jalan karena dia banyak tugas"
Fachri tersenyum sinis, merasa tidak yakin dengan kalimat terakhir Riki, "itu berarti dia lebih mentingin tugas daripada lo, lo itu bukan apa-apa buat Adhara. Ibarat kata, Adhara itu bintang di langit yang gak seharusnya lo gapai, karena itu gak mungkin"
Telapak tangan Riki terkepal, rahangnya mengeras, emosinya terpancing karena ucapan Fachri. Alvin yang menyadari langsung mencegah Riki supaya emosinya tidak meledak, "udah Rik, tahan emosi lo. Gue yakin, Fachri cuma becanda"
KAMU SEDANG MEMBACA
Adhara (Selesai)
Teen FictionDiam bukan berarti bisu, bukan berarti tidak suka, bukan berarti tak punya hati. Tapi diam jawaban lain saat mulut tak bisa mengucapkan. Adhara tak pernah menyangka, cowok populer disekolah barunya merusak hari-hari indahnya.