Pukul setengah tujuh pagi, mobil milik Bisma berhenti di depan gerbang SMA Tunas Bangsa. Semenjak Adhara pindah ke Jakarta, Adhara pergi dan pulang sekolah bersama Bisma. Meskipun Adhara sempat menolak, tapi Reno, ayahnya tetap menyuruh Bisma untuk mengantarnya, alasannya karena Adhara masih baru di Jakarta. Sedangkan Bisma dengan senang hati mengantarkan Adhara, karena Bisma sudah menganggap Adhara seperti adik kandungnya yang harus dia jaga dan lindungi.
"Nanti kakak jemputnya mungkin terlambat, kakak ada kelas siang, kalo gak mau nunggu minta jemput Pak Agus aja" pesan Bisma
Adhara hanya menanggapinya dengan anggukan, kemudian membuka pintu mobil dan keluar. Adhara melangkah melewati gerbang, memasuki pelataran sekolah.
"Adhara?"Adhara menoleh saat namanya dipanggil, sosok Meli yang baru saja datang berlari kecil kearah Adhara.
"Hai!" Sapa Adhara dengan senyum manisnya.
"Ahh sok manis lo!" Ledek Meli, seketika wajah Adhara berubah, dia mengerucutkan bibirnya.
Meli terkekeh melihatnya, Adhara sangat lucu, "sorry, sorry, becanda kok"
Adhara seketika menerbitkan senyumnya kembali, dan berjalan beriringan bersama Meli menuju kelas mereka.
***
Hari ini, siswi SMA Tunas Bangsa berangkat lebih pagi, hanya untuk melihat kedatangan salah satu anggota cassanova yang baru pulang dari Singapura untuk mengikuti olimpiade disana. Fachri Fabian Ardhani, si cassanova yang memiliki kadar kewarasan di atas rata-rata dari ketiga temannya. Wajah tampan dan kecerdasannya mampu menarik perhatian kaum hawa yang ada di sekolahnya, sama dengan Riki, hanya saja Fachri memilih untuk menjadi cowok yang cuek, tidak seperti Riki yang banyak tingkah.
Kini, Riki, Fachri, Alvin dan Danu sedang berada di parkiran sekolah, mereka sedang di kepung oleh siswi-siswi yang sangat memuja mereka. Tak banyak dari mereka sedang mengkepoi Fachri, dan ada juga yang meminta foto bersama Fachri, entah apa faedahnya untuk mereka.
Fachri sudah dongkol sejak tadi karena tidak bisa lepas dari orang-orang yang menurutnya sangat menggangu, sedangkan Riki sedang asyik bekerja mencari uang, hanya bermodalkan kamera Canon miliknya, dia membantu siswi yang ingin berfoto dengan Fachri, setelah itu dia akan mendapatkan uang. Licik memang, memanfaatkan sahabatnya demi selembar uang. Danu dan Alvin duduk di atas motor mereka sambil tertawa terpingkal-pingkal karena tingkah teman-temannya, mereka akhirnya bisa membuat Fachri kesal, karena biasanya Fachri lah yang sering membuat mereka kesal.
"Senyum Ri senyum"
"Yang ikhlas, nanti dapat pahala kok"
Fachri menatap tajam Danu dan Alvin, "Sialan! Temen gk tau diuntung mereka" maki Fachri dalam hati.
"Senyum" suara Riki yang bersiap mengambil foto Riki dengan Devi.
Cekrekk
"Bagus gak?" Tanya Devi langsung mendekat kepada Riki untuk melihat hasilnya.
Kemudian posisi Devi diganti dengan Kanya, Fachri trus mengeluarkan sumpah serapah kepada ketiga temannya, jika saja tadi Riki tidak menawari siswi-siswi yang sedang lewat untuk berfoto dengannya, dia tidak akan terjebak disini.
"Eh Rik, cewek lo tuh" seru Danu yang melihat Adhara dan Meli berjalan melewati mereka.
Riki yang juga melihatnya bergegas menghampiri mereka, disusul Alvin dibelakangnya.
"Eh Riki, mau kemana lo? Gue belum lo fotoin!" Teriak Kanya yang masih belum mendapat jatah foto bareng Fachri.
Riki menghadang jalan Adhara dan Meli dengan berdiri didepanya "Mau kemana sih? Buru-buru amat"
KAMU SEDANG MEMBACA
Adhara (Selesai)
Teen FictionDiam bukan berarti bisu, bukan berarti tidak suka, bukan berarti tak punya hati. Tapi diam jawaban lain saat mulut tak bisa mengucapkan. Adhara tak pernah menyangka, cowok populer disekolah barunya merusak hari-hari indahnya.