Chapter 7

331 27 9
                                    

🍁Happy Reading🍁

"Lo itu cuma jadi sumber masalah di hidup gue, bukan cuma Kak Elina yang nindas gue, tapi semua fans lo juga, meskipun mereka gk nindas gue tapi mereka juga gk suka liat lo deketin gue"

Plakk

Seseorang datang dengan tiba-tiba dan menampar Adhara dengan keras. Wajahnya menampilkan kemarahan, terlihat dari wajahnya yang merah dan nafasnya yang memburu. Aira, dia berhasil meluapkan kemarahannya pada Adhara hari ini, dengan cara menamparnya.

"Dasar penjilat! Lo pakek pelet apa buat deket sama Riki? Ha!" Bentak Aira dengan tatapan tajamnya

"Siapa yang penjilat? Gue? Maaf ya, dari awal gue gak pernah suka sama dia!" Bantah Adhara tak mau kalah

"Arghh.. Gara-gara lo gue putus sama Riki, dasar pelakor!" Aira menjambak rambut Adhara. Adhara yang tak mau kalah juga menjambak rambut Aira, seperti pertengkaran cewek pada umumnya, saling menjambak rambut.

Riki yang berada disana hanya diam dan menyaksikan pertengkaran dua cewek yang di sebabkan oleh dirinya. Ingin menengahi juga dia pasti akan kalah, karena pada dasarnya cewek klo udah berantem tidak peduli dengan orang sekitar.

"Eh apaan sih? Kenapa jadi berantem disini sih?" Lerai Fachri yang baru saja datang dan memisahkan Adhara dan Aira

Dengan nafas yang tersengal, Adhara menatap  Aira tajam. Tatapannya menandakan permusuhan. Apa yang dia takutkan dari kemarin terjadi juga, Aira akan melabraknya dan menuduhnya merebut Riki darinya. Padahal Adhara tak pernah berfikir sampai sana, yang ada dalam fikiran Adhara hanyalah bagaimana dia bisa menjauh dari Riki? Sumber masalah dalam hidupnya.

Terbukti hari ini, dalam waktu empat jam dia di sekolah sudah ada dua wanita yang melabraknya, hanya karena masalah yang sama, dan itu semua bersumber dari Riki.

"Lo juga Rik, udah tau ada yang berantem malah diem aja, bukannya misahin" omel Fachri kepada Riki yang sedang tersenyum kecut kearahnya

"Buat apa? Kan ini bukan salah gue" jawab Riki santai dengan rasa yang tak bersalah

Plakk

Satu tamparan mendarat di pipi kanan Riki, berasal dari Adhara. Adhara menatapnya dengan kebencian, dia muak dengan Riki.

Andai saja dia tak memilih sekolah ini
Andai saja waktu itu dia tidak datang pagi
Andai saja dia tidak pernah membangunkan Riki
Andai saja dia tidak pernah bertemu dengan Riki
Semuanya tidak akan seperti ini, tapi itu hanya sebuah pengandaian yang sudah berlalu.

"Seharusnya dari awal lo gak deketin gue, semuanya gak bakal kyak gini, mereka gak bakal nyalahin gue!"

"Lo itu cuma bikin masalah dalam hidup gue! Berhenti buat coba deketin gue Riki Diarta Alvero!" Teriak Adhara sekuat tenaganya

Cairan bening itu menetes, beriringan setelah suara Adhara memenuhi koridor sekolah. Di tepisnya langsung airmata yang menetes oleh Adhara, lalu Adhara lari untuk menghindar.

"Brengsek lo Rik!" Fachri menatap Riki tak suka lalu pergi menyusul Adhara

Riki hanya diam, tak bergeming. Membiarkan Adhara pergi dan Fachri menyusulnya.

Adhara (Selesai)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang