Chapter 13

223 17 7
                                    

🍁Happy Reading🍁





Seperti janjinya kepada Reno, hari ini Adhara akan ikut bersama Reno, Intan dan Bisma ke pemakaman bundanya di Bandung. Bukan karena terpaksa dia mengiyakan, tapi karena memang Adhara sangat merindukan bundanya.

Ketika di pemakaman, bukan hanya Adhara yang tampak sedih, Reno dan Intan juga ikut sedih, sampai Intan menangis dalam dekapan Reno. Adhara bingung, mengapa Intan menangis? Kenapa dia terlihat sangat terpukul?

Melihat Intan menangis, Adhara jadi ingat waktu hari kematian bundanya, Intan juga menangis saat itu, sampai acara pemakaman selesai Intan masih menangis, dia sepertinya benar-benar kehilangan. Waktu itu Adhara tidak memikirkan apa alasan Intan menangis, yang dia fikirkan hanyalah Intan sudah membuat keluargannya hancur, dan membuat bundanya menangis setiap malam, sampai akhirnya bundanya meninggal.

Setelah merasa cukup lama, Reno akhirnya mengajak mereka pulang. Tapi sebelum benar-benar mereka kembali ke jakarta, Reno mengajak mereka mampir ke rumah lamanya, berniat untuk mengambil barang-barang Adhara yang masih tertinggal.

Rumah itu terlihat sepi dan tidak berpenghuni, terlihat dari tebalnya debu yang menempel pada setiap sudut ruangan dan sarang laba-laba ada dimana-mana.

"Kenapa rumahnya kosong? Bukannya seharusnya Andra tinggal disini?" Tanya Reno kepada Adhara, "coba kamu hubungi dia, dimana dia sekarang?"

"Gak bisa pa, nomor Andra udah gak aktif" jawab Adhara jujur, sejak kematian bundanya, Adhara tidak pernah bisa menghubungi Andra lagi, Andra menghilang. Sampai akhirnya Andra datang kemarin, tapi sayangnya Andra tidak mau mengasih nomor ponselnya, katanya terlalu privasi.

"Kemana anak itu? Kenapa dari dulu dia selalu bikin masalah?"

Adhara sepertinya tidak mendengarkan gerutuan Reno, karena Adhara sudah naik ke lantai atas untuk ke kamarnya.

Ketika masuk ke dalam kamarnya, kamar itu terlihat rapi, seperti sudah di rapikan, tidak berantakan seperti waktu Adhara tinggalkan. Apa Andra yang merapikannya?

Adhara duduk di tepi ranjang, lalu meraih sebingkai foto yang terletak di atas meja. Itu foto Adhara dan Andra waktu mereka liburan ke jepang tiga tahun lalu, Adhara tersenyum simpul sambil mengusap kaca yang melindungi fotonya. Kemudian Adhara menaruhnya kembali, dan matanya beralih menatap foto keluarga yang terpajang di dinding sebelah lemari baju miliknya. Miris, keluarga bahagia itu sudah lenyap, semuanya sudah tidak sama.

Tiba-tiba, suara ketukan pintu menyadarkannya dari lamunannya. Adhara menoleh dan mendapati sosok Reno berdiri di ambang pintu, kemudian berjalan mendekat kepada Adhara dan duduk di sampingnya.

"Maafin papa, karena papa udah bikin kamu sedih" kata Reno kepada Adhara

"Papa seharusnya minta maaf sama bunda, karena papa udah bikin bunda kecewa"

"Kamu salah, klo kamu mikir papa yang udah buat bunda kamu kecewa, itu salah"

Adhara mengerutkan dahinya, "maksud papa?"

"Nanti kamu akan mengerti setelah papa jelasin, tapi nanti gak sekarang" Reno tersenyum hangat kepada Adhara, "sekarang kamu ambil barang-barang kamu, trus kita balik ke jakarta"

Adhara mengangguk, kemudian Reno keluar kamar. Sedangkan Adhara mencoba menerka-nerka apa yang di maksud dengan ucapan papanya tadi?

***

Adhara (Selesai)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang