Chapter 16

195 15 3
                                    

🍁Happy Reading🍁





"Karena dia"

Fachri melihat Yasmine yang sedang menatap kearahnya dan Adhara dengan wajah penuh tanda tanya, satu hal yang ada di otak Fachri sekarang, apa Adhara tau tentang masa lalunya dengan Yasmine?

"Gue gak mau nyakitin perasaan sepupu gue sendiri, dia sayang sama lo, rasa sayang dia jauh lebih besar dari pada rasa sayang gue ke lo, dan dia lebih dulu milikin hati lo, gue cuma pemeran pengganti selama dia gak ada, tapi ternyata gue beneran jatuh cinta sama lo" Adhara tersenyum kecut, "tapi lo tenang aja, sekarang gue gak punya sedikit pun perasaan lagi sama lo. Take care ya?"

Adhara berlalu, meninggalkan Fachri. Dia merasakan sesak di dadanya, dia ingin menangis, tapi ini masih di sekolah, dia tidak bisa menangis, apalagi di depan Bisma yang kini sudah berdiri di samping mobilnya, menunggu Adhara.

Bisma memicingkan alisnya ketika melihat wajah sedih Adhara, ingin bertanya tapi egonya jauh lebih besar.

***

Sepulang dari sekolah tadi Adhara mengurung diri di kamar, dia menangis, menangis karena apa yang dia takutkan benar-benar terjadi. Selama ini Adhara mungkin terlihat bisa melupakan Fachri dan seperti sudah tidak memiliki perasaan kepada Fachri, tapi itu hanyalah topeng, sampai detik ini Adhara masih menyayangi Fachri, masih memiliki perasaan yang sama pada Fachri, tapi ada satu hal yang mengharuskan dia membohongi perasaannya.

Suara ketukan pintu terdengar samar-samar di telinga Adhara, Adhara yang tadinya tertidur pulas membuka matanya, suara ketukan pintu dan suara seseorang yang memanggilnya kini semakin jelas, itu suara Reno. Lantas Adhara bangkit dan membuka pintu kamarnya, di depan kamarnya sudah ada Reno dan Intan, Reno memandangi anak perempuannya yang masih mengenakan seragam, rambut yang tidak karuan dan mata yang sembab.

"Kamu kenapa? Dari tadi di panggil-panggil gak ada nyaut, masih pakai seragam, rambut acak-acakan, kenapa? Ada masalah?" Reno membrondong Adhara dengan ocehan

"Iya maaf pa" Adhara membuka lebar pintu kamarnya, membiarkan Reno dan Intan masuk ke kamarnya. Adhara duduj di tepi ranjang, diikuti Reno yang duduk di sebelah kanannya dan Intan di sebelah kirinya.

"Kamu kenapa gak turun makan malam? Kamu sakit?" Tanya Intan sambil menempelkan telapak tangannya di dahi Adhara, tapi Adhara segera menepisnya.

"Kamu kalo ada masalah cerita, jangan ngurung diri di kamar, gak baik nak" ucap Reno perhatian

"Sejak kapan papa peduli sama aku? Bukannya selama ini papa gak peduli ya sama aku?"

"Papa peduli sama kamu, gak ada orang tua yang gak peduli sama anaknya, yang gak sayang sama anaknya, gak ada nak"

Adhara menoleh ke arah Reno, di tatapnya sebentar wajah pria yang sudah bekerja keras untuk dia, "papa bohong, papa kalo sayang sama aku gak bakal misahin aku sama Andra, dan gak bakal nyakitin bunda, karena sakitnya bunda juga sakitnya aku sama Andra"

Reno menghela nafasnya, hari ini dia sedang tidak ingin marah, dan dia fikir ini saatnya Adhara tau yang sebenarnya. Reno pun menyuruh Intan keluar, dan setelah Intan keluar dan pintu tertutup Reno baru membuka bicara.

"Kamu masih belum bisa nerima Mama Intan sebagai mama kamu? Masih akan trus nyalahin dia atas kepergian bunda kamu? Sampai kapan? Kamu gak bisa trus nyalahin dia, karena disini papa yang salah, papa yang gak bisa nolak permintaan bunda kamu, papa yang terlalu lemah di depan mama kamu, sampai-sampai kalian jadi salah faham dan benci Intan dan Bisma"

Adhara (Selesai)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang