Chapter 15

198 14 5
                                    

🍁Happy Reading🍁







Mobil Bisma berhenti tepat di depan gerbang SMA Tunas Bangsa, biasanya Adhara akan bergegas untuk turun, tapi kali ini Adhara masih betah duduk di jok mobil dengan pandangan yang lurus ke depan. Bisma menyadari itu, lantas menoleh, "Nunggu apa? Cepat turun"

"Lo ngusir gue?"

"Gue buru-buru"

Adhara mendengus kesal, ini untuk pertama kalinya Bisma mengusirnya, meski Adhara tidak suka dengan Bisma tapi sifat dingin Bisma sekarang membuat Adhara seperti kehilangan sosok seorang kakak yang selalu perhatian.

"Seharusnya gue yang marah sama lo, karena lo nampar gue. Untung gak gue aduin ke papa"

"Sekali-kali mikir deh, dimana ada seorang anak yang gak marah waktu tau orang tuanya disakitin, dibuat nangis, padahal disini posisi nyokap gue gak bersalah, dia cuma ngelakuin apa yang nyokap lo mau"

"Kenapa jadi bawa-bawa nyokap gue? Dia gak bersalah"

"Gak bersalah ya?" Bisma tersenyum kecut, "pulang sekolah nanti minta jemput papa lo dan tanya apa yang sebenarnya terjadi, apa lo masih bakal tetep nyalahin nyokap gue kalo lo tau semuanya?

"Turun!"

Adhara semakin kesal, dan memutuskan segera turun dan menutup pintu mobil dengan keras, pagi ini Bisma sukses membuat moodnya hancur. Lantas Adhara berjalan melewati gerbang dan bergabung dengan Meli dan Kinan yang sudah melambaikan tangan kearahnya.

"Ngaku lo, kemarin ngapain aja sama Riki?" Tanya Meli langsung tanpa basa basi

Dahi Adhara mengerut, "maksud lo?"

"Udah ngaku aja, berita udah kesebar"

"Berita apa?"

"Ya berita lo ke dufan sama Riki kemarin, udah jadi trending topic sekolah"

Mulut Adhara menganga mendengar ucapan Kinan, lalu menelan salivanya kasar. Bagaimana bisa berita itu menyebar secepat kilat? Dan siapa yang melihatnya? Meli dan Kinan saja tidak dia beri tahu, karena sengaja menghindari pertanyaan-pertanyaan aneh mereka.

"Susah ya emang kalo deket sama cassanovanya sekolah, apa-apa langsung jadi trending topic, ngalahin keke challenge"

***

"Bawa apaan lo Rik?" Tanya Alvin ketika melihat Riki masuk ke dalam kelas dengan membawa kantong plastik

Fachri dan Danu yang tadinya fokus pada ponsel masing-masing ikut menoleh.

"Kue" jawab Riki singkat sambil duduk di bangkunya

"Buat siapa?" Danu merebut kantong plastik dari Riki dan mengeluarkan isinya

"Berani lo buka, gue gibas lo!" Ancam Riki yang membuat Danu mengurungkan niatnya

"Sadis amat lo"

"Itu kue buatan nyokap, khusus buat Adhara" Riki melirik Fachri yang sedang memperhatikan kantong plastik, "katanya buat calon mantu"

Rahang Fachri mengeras, entah mengapa ucapan Riki bisa memancing emosinya.

***

Bel masuk berbunyi lima menit yang lalu, tapi Bu Weni belum juga datang, tidak biasanya Bu Weni telat, biasanya dia akan datang tepat setelah bel berbunyi, dan keterlambatan Bu Weni berhasil membuat kericuhan di kelas Adhara, semuanya bermula ketika Kinan mulai menjalankan tugasnya sebagai bendahara kelas, mulai menagih uang kas pada anak laki-laki yang selalu menolak jika di suruh bayar uang kas.

Adhara (Selesai)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang