"Ini bukan masalah nama panggilan sih sebenarnya, tapi ini masalah bagaimana cara menjaga hubungan kita."
*****
Aku pun segera menutup gerbang kembali, namun tiba-tiba ponselku mulai berbunyi. Ada sebuah pesan disana. Aku pun membukanya, dan ternyata itu adalah Kak Raka.
"Dik, kakak sekarang lagi nganterin Kak Frida. Lupa ngasi tahu. Buru-buru. Itu gitar, sama cajon sudah ditaruh?"
"Sudah ku taruh kak."
Begitulah Kak Raka, maklum itu alat musik kesayangannya. Ku taruh sejenak memori tadi, beberapa waktu berkelasku bersama De Khya. Aku pun segera menuju kamar mandi, membersihkan tempat tidurku lalu mengambil waktu rehat sejenak.
Ini sudah pukul 19.00 Wita, namun De Khya belum juga menampakkan dirinya. Ayah dan Ibu sudah datang dari kantor kurang lebih setengah jam yang lalu, Johan sedang asyik dengan robot koleksinya, dan Kak Raka belum juga datang sejak sore tadi. Jangan kau tanya Bi Sumi dimana? Karena ia sedang menonton televisi kesukaannya bersamaku, di ruang keluarga.
Kami tengah menonton sinetron yang tidak ku ketahui judulnya. Maklum, biasanya jam segini, aku berada di kamar. Belajar dan menyelesaikan tugasku sebagai seorang siswi SMK.
Khusus untuk malam ini, aku mengenakan setelan jamsuit berwarna putih dengan lengan pendek, dan panjang kaki selutut. Lengkap dengan cardigan berwarna cokelat, dan juga sepatu kets berwarna copper kesayanganku. Juga sebuah slingbag berwarna hitam, dan juga jam tangan dengan tipe monol berwarna aqua. Entah mengapa, aku ingin terlihat benar-benar netral untuk malam ini.
Untuk tatanan rambut, aku pun memilih membiarkan rambutku terurai, dan menjepit poniku ke arah samping kanan dengan jepit yang menyilang. Ya, silahkan dibayangkan. Bagaimanakah penampilanku malam ini?
Ibuku yang hendak ke mobil untuk mengambil berkas-berkasnya pun menyapaku.
"Malam ini, kamu cantik sekali. Mau kemana Er?"
"Yna bu, bukan Er! Ini lagi nunggu De Khya." jawabku
"Oh iya. Ciee, yang mau ngedate!"
"Hehe."
Aku pun mengikuti Ibuku ke mobil, sembari menunggu kedatangan De Khya.
"De Khya, suka melukis. Dia juga jago main sepak bola, dan suka main futsal." ucap Ibuku sembari memegang berkas-berkas
Aku yang heran pun mulai buka suara, "Kok ibu tahu?"
"Ya... Kan Ibu sama Ayah, bersahabat baik dengan kedua orang tuanya. Ibu percaya kok De Khya itu anaknya baik."
"Kenapa ibu bisa se-yakin itu?"
"Ya, nanti kamu juga tahu alasannya." ucapnya sambil tersenyum
Itulah ibuku, wanita tangguh dengan style rambut bob hitamnya. Dia memang benar-benar tahu, siapa yang baik untuk anaknya dan juga bukan. Sama seperti Kak Raka dengan Kak Frida sekarang. Begitu juga Tom, dari awal ibuku memang tidak terlalu suka ke Tom. Entahlah? Atau mungkin ibu punya agen rahasia?
Aku pun melamun di sebuah kursi yang di letakkan di teras depan rumahku. Sembari menopang dagu, dan mengetuk-ngetuk meja dengan jari-jariku yang mungil. Ku pandangi bulan yang berukuran cembung, dan langit yang dihiasi beberapa bintang. Aku malah merasa aneh dengan semua ini. Perlahan aku menjadi muak dengan diriku sendiri, aku semakin penasaran dengan segala sesuatu yang terjadi!
"Hey, Yna."
Aku pun masih melamun dengan asyik. Membiarkan pikiranku terbang kesana kemari. Hingga ibuku, mengagetkanku dari belakang.
KAMU SEDANG MEMBACA
D'ErSa : Dear De Er Sa [Revisi] ✔
Teen Fiction(PROSES REVISI) Yna, gadis asli Bali yang sangat mencintai Tom. Tersesat di sebuah jalan, di wilayah Kuta. Hingga bertemu dengan seorang pelukis, De Khya. Semua berubah ketika dirinya harus menjadi pacar bohongan seorang De Khya. Ditambah kehadira...