Chapter 28 : Tak Terduga

35 7 0
                                    

"Namanya juga hati, cemburu itu pasti."

*****

"Kamu cemburu?" tanyaku

De Khya menghela nafas panjang, berkata, "Jatuh cinta itu gak mudah." ucapnya singkat.

"Jadi?"

"Jadi, aku berharap supaya kamu gak jatuh cinta ke Dion. Tapi..."

"Tapi apa?" ku tanya

"Tapi aku percaya, kamu orang yang baik." De Khya menghela nafasnya lagi, "Namanya juga hati, cemburu itu pasti."

Aku pun diam. Aku tahu apa yang ku lakukan itu salah. Tapi, lebih dari yang kalian ketahui. Ku sudah mengubur rasa itu dalam-dalam. Rasa itu tak bisa ku bayangkan. Aku juga tak mengerti kenapa rasa itu tumbuh kembali dengan cepat (ya secepat perkembangan amoeba).

"Yna, sekarang aku bukan tukang ojek atau pacar bohonganmu. Aku pacarmu yang asli. Jadi, aku boleh kan cemburu?" tanyanya

"Iya, maafin aku." ucapku

"Aku sudah memaafkanmu."

"Serius? Kapan?"

"3 detik yang lalu." ucapnya mencairkan suasana.

"Ya, kamu tahu apa yang ku lakukan sebelum tidur?" ku tanya lagi.

"Matikan lampu?"

"Bukan."

"Lalu?" tanyanya penasaran.

"Aku menunggu notifikasi darimu. Hehe." ucapku sambil ketawa

"Maaf."

"Maaf kenapa?"

"Membuatmu menunggu, tapi bukan salahku kan? Waktu Hari Minggu sudah ku bilang kalau aku tidak akan menghubungimu. Hehe."

"Hehe, ya. Aku tahu, kan kamu juga bilang kalau rindu kabarin. Jangan biarkan mengendap, hingga meluap dan tak mampu terobati. Ya kan?" tanya ku lagi.

"Hehe, ya."

***

Ketika aku melangkahkan kaki ke sebuah kursi di dekat parkir, aku kaget. Ada seseorang lelaki berkacamata hitam dengan tipe boboho dan mengenakan masker kini mendekatiku. Lelaki itu mengenakan seragam persis sepertiku yang di balut dengan jaket jeans berwarna cokelat muda.

Aku pun hendak berlari, tapi tangan lelaki itu berhasil mencengkram tangan kiriku. "Lepasin!" ucapku dengan nada membentak.

De Khya datang menghampiriku. "Woy, lepasin tangan Yna."

Bukannya melepaskan tanganku, lelaki itu malah membuka kacamata dan maskernya. "Maaf, tadi aku buru-buru. Soalnya aku mau ngobrol sama kalian." Dan akhirnya melepas tangan kiriku.

Wajah yang tak asing, dia adalah Gung De. Bayangkan dengan pakaian serba tertutup seperti itu, ia lebih mirip seperti seorang penculik (meski tidak).

"Apa lagi?" tanya De Khya dengan tegas.

"Aku mau minta maaf." ucap Gung De

D'ErSa : Dear De Er Sa [Revisi] ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang