Chapter 33 : Kepergian Dion

21 7 9
                                    

"Bahwa cinta yang dirasakan, tidak harus dimiliki."

*****

Akhirnya Dion membuka suara, berhasil memecah suasana hening dengan mengucapkan, "Yna, aku janji. Nanti aku bakal balik ke Bali lagi, tunggu saja."

"Ya, pasti ku tunggu. Pintu rumahku akan terbuka lebar untukmu." ucap Yna tanpa menoleh.

"Pintu rumahmu, bukan pintu hatimu."

"Apa kamu bilang?" ucap Yna dengan nada sedikit emosi.

"Bukan apa-apa."

"Oh ya, kalau balik ke Jakarta jangan lupain aku ya?" ucap Yna tanpa sadar.

"Ya, gak bakal."

Tak lama kemudian, mereka pun sampai di Bandara Ngurah Rai. Mata Yna, mulai berbinar-binar bingung harus tersenyum manis atau sedih penuh haru. Yna pun memutuskan untuk diam, bibirnya pun bergetar. Hatinya mungkin sudah pecah berkeping-keping.

Di sisi lain, Dion mulai mengenakan topi kesayangannya. Sebenarnya ia sungguh enggan untuk kembali ke Jakarta. Ya, untuk meninggalkan serpihan hatinya disini, di Bali. Dan itu gak mudah, namun kenyataan tak semanis yang Dion harapkan. Sesekali ia memandangi Yna, yang diam tanpa suara.

Berusaha memandangi Yna diam-diam, supaya pandangannya tak sampai tertangkap oleh mata Yna. Pandangan yang mengisyaratkan bahwa ini pertemuan terakhir, bahwa ini momen perpisahan mereka.

Sebenarnya Dion tak sekuat yang kalian tahu, ia juga mampu menangis. Mampu merasakan bagaimana sakitnya cinta bertepuk sebelah tangan, juga mampu merasakan bahwa cinta yang ia rasakan, tidak harus ia miliki. Bukan apa, ini lebih berat dari sekadar LDR. Ataupun menahan rindu seperti kata kak Dilan 1990.

Dion pun meminum air mineral yang sengaja ia bawa, semata-mata untuk mengurangi rasa keperihan hatinya. Rasa sakit yang ia rasakan. Hingga Yna pun menoleh. Menatapnya lekat-lekat, dan malah ingin membuat Yna mengeluarkan air mata. Karena ia tak sempat berkedip, "kalau dilihat dari sini, tampan juga ya." ucap Yna dalam hati.

Begitu Dion menutup botol air mineralnya, Yna pun pura-pura memalingkan muka untuk memperbaiki letak kaca matanya yang sedikit mereng waktu itu. Yna pun mengambil ponsel yang ia taruh di tas mininya. Berpura-pura tidak peduli dengan lingkungan sekitar. Namun Yna malah kaget, karena tiba-tiba Dion meminta untuk membawakan botol air mineralnya.

"Na, Yna bawain. Idihh, malah bengong." ucap Dion sambil menyenggol Yna.

Kamu tahu apa yang dilakukan Dion, ia malah mengeluarkan ponselnya dan melakukan live IG. Ohh no, there is big no.

"Baiklah guys, sekarang gue lagi di Bandara Ngurah Rai. Bentar lagi gue otw ke Jakarta, step by step gue lagi sama sahabat kecil gue yang super duper cuek tapi ngangenin..."

Yna langsung menutup mukanya yang merah karena malu, dan langsung berlari meninggalkan Dion yang asyik melakukan aktivitas live di IG. Hingga tanpa sengaja menabrak lelaki di depannya, dan hal itu berhasil menyebabkan air di dalam botol mineral milik Dion tumpah.

"Ohh, sorry." Ucap Yna sambil berusaha berdiri. Yna pun mengulurkan tangan untuk meminta maaf kepada lelaki dengan kacamata berlensa bening itu. Lelaki itu masih asyik menatap ponselnya, "Kak, aku minta maaf. Gak sengaja."

Lelaki itu menoleh dan membenarkan letak kacamata lensa bening itu. Yna tak percaya, ia menutup mulutnya melangkah menemui Dion kembali. Langkahnya terhenti, tangan kirinya dipegang erat oleh lelaki itu. "Dulu aku yang minta maaf, sekarang kamu. Ya sudah kita saling maaf-maafan."

"Terserah, lepasin tanganku." bentak Yna kasar. Dion yang masih asyik live di IG-nya itu pun menghentikan aktifitasnya. "Lepasin, lo gak boleh kasar sama cewek. Lagian dia adik gue."

"Adik kata lo? Kakaknya itu cuma Kak Raka, bukan lo. Gaje!"

Yna menarik tangan Dion untuk menjauhi Tom. Tommy mantannya itu, Tommy yang berhasil membuat Yna jatuh cinta sekaligus benci di saat yang hampir bersamaan.

Yna terus menarik tangan Dion, Dion yang jahil pun berkata, "Ya saudara-saudara kembali lagi...". Hal itu sukses membuat Yna berbalik, dan melepaskan tangan Dion. "Aishhh, ku kira live lagi."

"Tanganku sakit, btw itu siapa sih? Kok kasar banget?" tanya Dion dengan penuh penasaran. "Dia Tom, mantanku dulu." ucap Yna menghela nafas dan melepaskan tangan Dion.

"Apa? Itu Tom? Wah gak bisa dibiarin!" ucap Dion sambil berbalik badan dan melangkah pergi, "Mau kemana?" Yna memegang tangan Dion. "Mau kesana, aku gak suka cara Tom."

"Jangan jauh-jauh, biarin aja Tom mengepakkan sayapnya. Lagian kamu, penerbangan sebentar lagi lho. Mending kesana." Yna menunjuk ke arah yang berlawanan.

"Bentar dulu, kita selfie ya. Sekali saja. " ajak Dion dengan penuh harap. "Idihhh, narsis woy narsis. Uhhh, memalukan." ucap Yna meninggalkan Dion.

"Bali jauh, aku menyayangimu. Karena kamu bukan kekasihku, jadi aku gak mungkin tiap minggu terbang ke Bali. Ya sudah, kita foto selfie sekali saja." Yna menoleh dan melengos, "ya sudah, yuk sini."

Dion mengeluarkan ponselnya, Yna pun memasang tampang yang lebih dari sekadar datar. Ia hanya tersenyum, tapi setelah foto akan di ambil. Yna dengan sigap menjulurkan lidah, hingga tertangkaplah hasil seperti orang yang mengejek. Aslinya memang benar sih mengejek, hehe. Yna pun berlari, menghampiri Om James dan Tante Jeni.

***

Namun, waktu yang ditunggu telah tiba. Dion pun harus pergi meninggalkan Yna, ia harus kembali ke Jakarta. Yna hanya bisa tersenyum menyembunyikan rasa sedih yang ia alami. Tapi, Yna percaya kalau suatu hari nanti Dion pasti datang untuk berjumpa dengannya.

Yna menatap ke lingkungan sekitar, Bandara Ngurah Rai yang tadinya ramai karena dipenuhi tawa Dion berubah menjadi sepi. Masih ada bayang-bayang Dion di pikirannya. Yna mengerjapkan mata beberapa kali, agar bayangan itu hilang. Ya, kian memudar dari pandangannya.

Di dalam mobil, Yna hanya menopang dagunya diatas bantal mini yang sering ia bawa. Memasangkan telinganya dengan headset, dan memejamkan matanya. Hingga ia kaget, ada panggilan video dari De Khya.

Yna membenarkan letak kacamatanya, "Hallo Bli?" ucap Yna menirukan dialek De Khya. "Hallo Adi, dimana niki?" (Hallo dik, dimana ini?). "Haha, bandara. Kenapa De Khya?" Yna membenarkan tempat duduknya. "Gak apa-apa. Jangan lupa istirahat, Yna"

Banyak hal yang mereka bicarakan. Ayah dan Ibu hanya bisa tersenyum melihat Yna bahagia bersama De Khya. Dan itulah De Khya, ia selalu berhasil menghapus duka dan lara yang Yna rasakan.

***

Hari ini, hari pertama Yna tanpa Dion. Hari pertama ia harus bisa melupakan masa lalunya itu. Yna menjalani hari biasa, bersama De Khya.

"Na, kenapa suaramu serak? Matamu juga sembab, kemarin sempat menangis ya?" ucap De Khya memecah keheningan.

"Emm itu,,,"

#####
#D'ErSa, 5 chapter lagi bakal tamat! Setuju atau tidak? Silahkan komentar!
#Salam Manis, dari Author.. 😊

D'ErSa : Dear De Er Sa [Revisi] ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang