"Kamu berhasil membuatku ragu, ragu apakah aku pantas atau tidak untukmu?"
*****
Sudahlah, gak usah dipikirin. Aku pun segera menghampiri De Khya. Ku lihat ia sedang asyik menatap layar ponsel, tanpa memperhatikanku. Atau mungkin ia memang tak sadar aku ada di sampingnya.
"Darr." ucapku mengagetkannya.
"Sudah?" tanya De Khya sambil menatap layar ponselnya.
"Sudah. Itu kenapa muka kok di tegang-tegangin?" ku tanya
"Jadi, anak-anak band....."
"Kenapa? Mereka kenapa?"
Dengan tampang sedih De Khya menatapku, "Mereka..." Menghela nafas panjang, "Bisa hadir, di Pantai Kuta." merubah raut wajahnya menjadi sangat bahagia.
"Oh ya? Ya sudah, yuk berangkat."
Dengan mengangkat alis dan menggeleng kepala ke arah pintu sambil tersenyum, De Khya sangat jelas sekali mengisyaratkan kata, "Ya".
Ku kenakan jaket canvas berwarna abu-abu. De Khya memakaikanku helm. Kalau seperti ini, aku terlihat seperti anak kecil yang manja. Hehe. De Khya mengenakan helmnya. Dan kita mulai menyusuri jalanan Bali yang indah.
Sekarang sudah pukul 16.24 Wita. Sudah lumayan sore, belum lagi sedikit macet di beberapa perempatan jalan. Namun, itu sama sekali tidak mengurangi niat kami pergi bersama. Ku tatap di sekelilingku, banyak sekali toko-toko yang menjual aksesoris mulai patung, gelang, kalung, dan sebagainya.
Inilah hal menarik yang sangat ku senangi ketika melalui jalanan di wilayah Kuta. Selain toko aksesoris, kita juga dapat menemui beberapa pusat perbelanjaan, bar, hotel, restaurant. Sekarang aku tengah berada di parkiran Pantai Kuta.
Parkiran ini dipenuhi oleh berbagai tipe kendaraan, entah roda dua atau empat. Banyak wisatawan asing dan lokal berjalan di trotoar, ada pula yang akan menyebrang. Ku lihat segerombolan lelaki berpakaian nyentrik berwarna merah maroon mendekati kami. Ku tatap lebih dalam, oh hey mereka Gung De dan kawan-kawan.
De Khya masih sibuk memarkirkan motornya, aku pun pura-pura tidak melihat mereka. Gung De mulai mengeluarkan sikap jailnya dengan menurunkan topi hitam yang ia kenakan, sedangkan yang lain menunggu di trotoar.
"Mm, bisa di bantu Bli?" ucap Gung De dengan logat Balinya yang kental.
#Bli = Panggilan Kakak Laki-Laki"Ohh enggak, saya bisa sendiri kok terima kasih." ucap De Khya.
"Disini penuh, parkirnya disana saja. Masih kosong."
De Khya pun mengikuti lelaki itu, namun ia sama sekali belum sadar bahwa lelaki itu Gung De. Ku keluarkan ponselku, untuk memotret mereka dari kejauhan. Ku ikuti De Khya perlahan.
"Ini, disini saja." ucap Gung De lagi.
De Khya pun mengkrenyitkan alis, karena melihat stiker kendaraan roda dua di depannya. Disana jelas tertulis The Sol'Fa Band est 2017, berbentuk lingkaran yang di dominasi warna hitam dan putih.
Gung De membuka topinya, sambil berkata "Matahari sore ini terik ya, Bli?"
"Gung De, pantesan baiknya sampai seperti itu. Kenapa pura-pura jadi tukang parkir coba?" tanya De Khya menahan tawa.
KAMU SEDANG MEMBACA
D'ErSa : Dear De Er Sa [Revisi] ✔
Teen Fiction(PROSES REVISI) Yna, gadis asli Bali yang sangat mencintai Tom. Tersesat di sebuah jalan, di wilayah Kuta. Hingga bertemu dengan seorang pelukis, De Khya. Semua berubah ketika dirinya harus menjadi pacar bohongan seorang De Khya. Ditambah kehadira...