Chapter 31 : Origami

28 8 4
                                    

"Aku telah mendapat jawabannya. Aku pantas untukmu, namun hatimu pantas untuknya."

*****

"Tadi, waktu kakak main lari-larian sama Kak Dion. Tiba-tiba Kak Khya datang, trus kak Dion mengajakku sembunyi di pohon."

"Trus?" ku tanya lagi ke Johan.

Johan berbisik lagi, "Kak Dion bilang kalau kita harus sembunyi. Gak mau ganggu kakak yang lagi pacaran katanya. Habis itu ya sudah sembunyi di balik pohon, langsung cari Ayah sama Ibu."

"Oh ya sudah."

***

Dion kenapa lagi ya? Kok dia bisa ngomong gitu sih? Kenapa dia selalu berhasil membuatku bertanya-tanya? Entahlah, masa sih terus-terusan aku harus memikirkan tentangnya? Lebih baik aku kerjakan pr lalu tidur.

***

Hari ini Selasa, entah mengapa aku tidak bersemangat hari ini? Seharusnya sih aku selalu bersemangat, karena akan berjumpa dengan teman-temanku. Termasuk juga Gung De dan Pak Reza.

Pak Reza? Oh tidak, sekarang ada jamnya Pak Reza. Bukuku, lho bukuku dimana? Kok gak ada? Wah parah, bisa dihukum habis-habisan ku sama dia. Aku baru sadar ini kamar Ibu, astaga!

Aku pun berlari ke kamarku, ku lihat Dion baru saja menutup pintu. Aku pun minta izin harus masuk kedalam, karena penghuni kamar ini telah diganti.

"Aku boleh masuk ya? Ambil buku matematika."

"Ya, jangan lupa tutup pintunya."

"Pagi-pagi sudah rapi. Mau kemana kamu?" ku tanya Dion.

"Aku balik ke Jakarta sebentar lagi."

Aku pun membuka pintu, dan langsung berbalik ketika mendengar apa yang Dion ucapkan. "Serius?"

"Ya elah, tahu dah. Yang gak pengen aku balik ke Jakarta kan? Yang masih pengen terus lihat mukaku yang tampan kan? Ya kan. Bilang saja lho?"

"Enggak juga sih, kan jadwalnya besok. Kenapa mesti sekarang? Kan gak lucu juga harus di cancel? Lagian ini Bali Dion, apa gak kasihan buang waktumu gitu saja?" ku tanya dia.

"Tahu dah yang pintar ngeles. Ingat ya buku matematikanya di ambil, biar nanti gak hilang."

Aku pun tidak mempedulikan perkataannya itu. Ku tatap kamarku, struktur bukunya jauh lebih rapi dari sebelumnya. Selimutnya juga, tapi kenapa selimutnya tidak dilipat. Baru ku buka selimut itu. Ya ampun banyak sekali lipatan kertas, berbentuk perahu, pesawat, burung, dll. Ya, lipatan kertas yang biasa disebut dengan origami.

Dan kamu tahu dia mengenakan kertas apa? Itu kertas file kesayanganku. What? Kertas file. Wohoho, Dionnn! Ku ambil buku matematika, dan ku hampiri Dion yang tengah memasak.

"Itu lipatan kertas, kertasnya dari mana?"

"Kertas file, nemu di atas meja."

"Dion, itu buku file kesayanganku. Dan kamu lipat jadi banyak. Dion, gak habis pikir dah kamu yang seperti ini? Ohh.."

"Gak banyak kok, minta 100 lembar doang. Makasi."

"What? 100 lembar. Itu limited edition banget Dion. Susah banget ku ngumpulinnya."

D'ErSa : Dear De Er Sa [Revisi] ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang