Chapter 38 : Baikan

22 10 0
                                    

"Tak banyak hal yang bisa ku tulis, hanya itu. Aku hanya ingin bersamanya, enggak cuma sekarang. Namun, selamanya."

*****

"Kamu tahu?" tanya De Khya lagi.  "Tahu apa?" tanya Yna tak mengerti. "Sebenarnya,  setiap detik itu aku suka mikirin kamu." Yna menatap kekasihnya itu, "kenapa harus dipikirin?" De Khya tersenyum, "takut aja gitu. Takut kamu kenapa-napa? Kan banyak yang suka ke kamu." Yna pun hanya bergumam, tanpa mengeluarkan kata-kata sedikit pun. "Banyak hal yang bisa merusak hubungan kita. Dan, aku juga mau jujur. Aku suka cemburu lihat kamu dekat sama Azka." Yna menutup botol air mineral, "Azka itu ketua kelas, aku sekelas sama dia. Kita satu tim, satu keluarga besar. Cuma teman biasa juga, enggak lebih. Kita sering bercanda sama teman-teman, jadi ya sudah kamu tak perlu cemburu." De Khya masih terdiam dan menatap ke sepatu kain berwarna hitam itu. "Emang ya sih, namanya juga hati, cemburu itu pasti. Tapi, kalau kamu percaya. Aku gak bakal suka ke dia, aku pasti gak suka ke dia. Kita perlu saling percaya. Sama seperti kamu, kamu percaya kalau kamu suka ke aku. Ya, nyatanya kamu suka ke aku kan? Kamu ngerti maksudku?" tanya Yna lagi. "Ya, aku ngerti."

"Aku juga kadang bingung sendiri, kenapa aku bisa ketemu seorang wanita sepertimu? Kamu selalu buat aku lebih percaya diri, percaya kalau ternyata cinta yang tulus itu ada. Percaya kalau sekarang aku mulai terbiasa dengan canda tawa dan duniamu." Yna tertawa, "kenapa? Kamu juga berhasil buat aku percaya, kalau masih ada lelaki tukang berantem dan selalu bermasalah, juga bisa setia bahkan jago buat pacarnya senang." Yna memutar bola matanya, dan memonyongkan bibirnya seperti bebek. "Umm, intinya sih. Kamu selalu ngasih jawaban dari pertanyaan-pertanyaan aneh dalam pikiranku. Pertanyaan yang selalu mengintaiku kemana-mana. Pertanyaan yang selalu mencari jawabannya yang hilang. Ya, kamu sukses buat aku merasa ada di sini, bersamamu."

De Khya kembali menyandarkan punggungnya yang tegak itu di kursi, dan meluruskan kakinya. "Kalau seandainya aku hilang dari hidupmu bagaimana?" Yna menoleh ke sekeliling, berusaha agar orang lain tidak akan mendengar ucapannya. "Aku nyari yang baru, kan banyak yang suka ke aku. Hehehe." ejek Yna. "Ehh, gak gitu deng." sahut De Khya melengos.  Yna menutup mukanya, "haha, enggak lah. Aku pasti sedih dan berusaha nyariin kamu. Gak peduli, kalau aku harus tersesat lagi. Yang jelas, aku hanya ingin selalu dekat denganmu. Aku juga enggak mau ketemu sama Tom lagi. Gitu aja sih. Menurutmu?" Yna menoleh, dan memasang wajah penasaran. De Khya berdecak, "kamu suka mikirin Tom?" Yna menoleh, "aku suka kesal ingat Tom. Tom jahat, dia ninggalin aku demi Ayumi. Jahat betul dia, kalau kamu seperti itu juga. Kamu dua kali lipat lebih jahat."

De Khya bersiul santai, "ya pasti enggak lah.  Percuma punya cap setia dan jago buat kamu senang, harus selingkuh dan ninggalin pacarnya. Oh, big no pokoknya." De Khya menggelengkan kepalanya. "Semoga aja enggak ya." De Khya beranjak dari tempat duduknya, "aku ambil motor dulu. Hujan udah reda, tunggu sebentar." Yna pun mengangguk, dan membenarkan posisi duduknya.

Yna masih menatap De Khya, sementara tas De Khya masih berada di sampingnya. Tas selempang dengan bahan 100% jeans itu berhasil membuatnya terkekeh geli.  Bagaimana tidak, pacarnya yang satu itu punya style tersendiri. Yna pun membuka tas milik pacarnya, yang terlihat disana. Beberapa buku tulis, dan buku paket. Dua buah pulpen, sebuah pensil, dan penghapus berwarna merah muda. Ha? Penghapus merah muda? Lalu, di bagian dalam ia melihat sebuah sisir, kaca, dan foto. Yna pun mengambil dan melihat foto tersebut, dibelakangnya tertulis rapi dengan huruf tebal tipis bersambung.

Bali, 9 September 2017.
15.31 Wita.
Langit tak begitu cerah dan tak begitu mendung, diiringi lantunan melodi gitar dengan instrumen lagu milik Anji-Bidadari Tak Bersayap. Aku bersama anak dari sahabat Poyan resmi berpacaran.
Dia Yna, wanita yang unik yang pernah ku kenal. Tak banyak hal yang bisa ku tulis, hanya itu. Aku hanya ingin bersamanya, enggak cuma sekarang . Namun selamanya, sampai kami sama-sama tutup usia. Aku menyayangimu Yna. Sungguh, aku tidak bisa hidup tanpamu...

Yna membalikkan fotonya itu, disana terlihat dirinya bersama De Khya tengah duduk di rumah pohon. Dirinya mengenakan setelan jamsuit warna putih dan terlihat tersenyum dan menutupi mulutnya karena tertawa. Foto yang terlihat sangat bahagia. Begitu pula De Khya yang mengenakan baju kaos di balut dengan kemeja dan celana jeans warna cokelat. Serta kacamata yang bergagang hitam dengan lensa bening bertengger di telinganya. De Khya memasang senyum terbaiknya.

"Lihat apa hayo?" tanya De Khya mengagetkan Yna, "pakai senyum-senyum lagi?" Yna pun menutup mulutnya, "enggak ku sangka. Fotoku di cetak terus belakangnya isi tulisan." ejek Yna. "Biarin, enggak usah lihat-lihat. Nanti bisa suka lho?" goda De Khya. Yna beranjak dari tempat duduknya dan mengambil tas De Khya, "kan sudah pacaran katanya." De Khya tertawa melihat pacarnya itu.

Kini mereka kembali melalui jalanan itu, jalanan yang basah setelah hujan mengguyur. Tanaman yang berisi air, dan terlihat lebih segar. Jalanan yang becek dan juga lengang, membiarkan motor De Khya melaju dengan lancar tanpa hambatan. "Kalau naik motor, bisa kehujanan. Beda sama naik mobil." ucap De Khya. "Lebih baik naik motor, kan kehujanannya enggak sendiri. Kamu juga kehujanan, sama kan?" De Khya mengelak, "kalau naik mobil sama Tom kan gak kehujanan." Yna menjawab dengan santai, "kalau naik mobil kan gak bisa peluk kamu. Hehe, bercanda kok." diiringi tawa renyah Yna.

"Hadeuh, punya pacar suka ngeledek terus. " Yna menoleh ke samping kiri, "kalau enggak suka ngeledek, kamu pasti gak suka ke aku. Aku kan unik, sama seperti yang kamu tulis." De Khya pun menggelengkan kepalanya, "ya sudah, yang waras ngalah." "Harus dong."

***

Yna terus memikirkan De Khya di meja belajarnya. Mengingat apa yang tertulis rapi dalam foto itu. Yna merasa kalau De Khya memang cowok aneh, ya anehnya itu berhasil membuat Yna jatuh cinta. Tubuh Yna disitu, tapi pikirannya terbang dan nama De Khya saja yang ada dalam pikirannya. Buku pelajarannya pun ia tutup,  ia lebih memilih membuka ponsel dan menatap foto pacarnya itu.

Hingga sebuah video call masuk dari De Khya, "Hy Sayang, lagi apa?" Yna membenarkan posisi duduknya, "lagi duduk manis aja sambil mikirin kamu." De Khya terlihat mengenakan kaos hitam dan headshet  "enggak usah mikirin aku. Tenang saja, lukisan Mr. Hanz udah jadi. Serius, bahkan lebih bagus dari yang waktu itu." Yna beranjak dari meja belajarnya. "Maaf sekali lagi ya." De Khya meng-iya-kan ucapan pacarnya itu. "Udah malam, kamu tidur. Biar besok bisa sekolah dan ketemu aku." Yna mengejek pacarnya lagi, "kalau aku gak mau ketemu gimana?" De Khya menjawab, "ummm,....."

#####
#Ummm, De Khya bakal jawab apa ya?
#Btw, terima kasih pembaca setiaa 😉.
#Hargai penulis. Jangan lupa vote ya?

*Happy Reading...

D'ErSa : Dear De Er Sa [Revisi] ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang