1. Si Buta dari Airlangga

6.1K 387 52
                                    

“Aku memang tidak bisa melihat rupa dan panorama dunia itu seperti apa

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

“Aku memang tidak bisa melihat rupa dan panorama dunia itu seperti apa. Tapi aku ingin merasakan yang namanya hidup, apa itu salah ?”

🍂🍂🍂

Tahun ajaran baru telah datang, itu pertanda bahwa waktu berlibur selama dua minggu telah usai. Kini, sosok gadis berambut panjang tengah duduk termenung di atas kasurnya—tanpa ada niat untuk segera mandi.

Pukul lima subuh, Hara selalu dibangunkan oleh bundanya dan melaksanakan shalat Subuh berjamaah, kecuali ayah dan adiknya, karena mereka rutin shalat di masjid. Dari kecil ia sudah diajarkan untuk shalat lima waktu, meski terkadang ia mengerjakan shalat tersebut di akhir waktu.

"Gue gak sekolah aja kali, ya ?" Hara bertanya pada dirinya sendiri.

Hara sangat malas untuk pergi sekolah karena dia sudah pesimis bahwa orang-orang pasti akan mencemoohnya lagi. Dia tak ingin hal itu kembali terjadi, yang ada batinnya terasa tersiksa dan terkucilkan.

Jadi, untuk apa dia sekolah ? Tak ada gunanya, pikir Hara.

Ceklek!

"Bunda masuk, boleh ?" Pintu kamar Hara terbuka, menampakkan sosok sang bunda dengan mukena yang masih melekat di tubuhnya.

Hara mendengus, mau seberapa keras dia melototkan matanya tetap saja bayangan buram yang ia terima, bukan wajah teduhnya sang bunda.

"Boleh..." jawab Hara malas.

Selena yang berdiri di ambang pintu tersenyum kemudian berjalan mendekati puterinya.

Selena membelai rambut Hara. "Kita mandi dulu, yuk."

"Gak ah! Aku males balik sekolah lagi!"

"Loh, memangnya kenapa ?"

"Bunda kayak gak tau aja, orang-orang di sana pada gak mau nerima aku yang buta ini! Mereka selalu hina aku, ngucilin aku, aku capek Bunda!"

Selena sudah tak terkejut lagi karena memang hampir setiap hari Hara mengadu padanya bahwa di sekolah dia tidak pernah tenang karena selalu saja ada yang membullynya. Dengan kesabaran, Selena meyakinkan puterinya itu bahwa sekarang dia tidak akan dikucilkan.

"Kadang aku mikir, Bun. Bunda sama Ayah ngelahirin aku ikhlas gak, sih ?"

Ketahuilah, Selena benar-benar terkejut dengan ucapan Hara sekaligus merasakan sakit di bagian ulu hatinya.

"Kalo gak ikhlas kenapa gak digugurin aja ? Kan aku buta, apa jangan-jangan aku bukan anak—"

"Hara!"

Hara tersentak, begitu pula Selena. Suara teguran tegas itu berasal dari mulut Arvind. Pria tersebut masih mengenakan baju koko tanda dia baru pulang dari masjid. Sedaritadi ia berdiri di depan pintu kamar Hara, mendengarkan apa yang puterinya ucapkan.

HARADILON  [Completed]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang