“Di bawah rinai hujan, atas nama penyuka embun setelahnya, aku menulis aksaramu di hatiku dan membiarkannya terukir indah tanpa adanya keraguan sedikit pun.”
🍂🍂🍂
"Wa'alaikumsalam. Ada apa, dokter ?"
"Apa Arvind sudah bilang sama kamu kalau—"
"Iya, sudah. Dokter yakin dan gak akan keliru lagi ?"
Saat ini, Selena dan Dokter Bob saling berbincang di media telepon. Selena menyimak baik-baik apa yang Dokter Bob sampaikan tentang Hara. Mungkinkah jika mereka menyepakati akan operasi kedua, Hara dapat melihat total nantinya ?
Meski Dokter Bob berseru bahwa dia yakin, tapi Selena masih menujukan semuanya pada takdir Tuhan. Jika manusia yakin 100% tapi Tuhan mengatakan itu tidak akan terjadi, maka tidak akan terjadi. Bukan, bukannya Selena tidak bersyukur atau pesimis duluan. Hanya saja, dia belum siap menghadapi sikap Hara yang entah bagaimana nantinya kalau seandainya operasi kedua kembali gagal.
"Saya akan bicarakan ini lagi dengan Arvind."
"Bisa secepatnya ?"
"In syaa Allah."
"Semoga dengan harapan ini, Hara tidak membenci saya lagi."
"Aamiin."
"Ah yasudah. Saya tutup dulu teleponnya."
"Iya, makasih banyak, dokter."
"Sama-sama. Assalamu'alaikum."
"Wa'alaikumsalam."
Selena menghembuskan napasnya. Ia menatap ke luar jendela, di sana hujan turun dengan derasnya. Saat seperti ini Selena jadi teringat akan sosok Arvind. Seorang ayah yang penyabar, pekerja keras, dan memiliki rasa kasih sayang yang tinggi meski dengan caranya sendiri.
Kembali pada Hara, Selena merogoh laci di nakasnya kemudian mengeluarkan sebuah map. Ia mengambil salah satu kertas yang isinya riwayat penyakit Hara. Ia mengamati dan membacanya kembali. Hingga tak sadar sebulir air mata lolos membasahi pipinya.
Melalui riwayat penyakit itu, mungkinkah Hara mengalami yang namanya buta permanen ? Tidak, ini tidak boleh terjadi. Hara mengalami kerusakan pada organ matanya ketika ia lahir, disebabkan oleh kelainan genetik. Selena menunduk, meneteskan air matanya dan dalam diam dia berdo'a agar Tuhan segera mengabulkan permintaannya.
"Bunda...."
Buru-buru Selena menghapus air matanya kemudian membuka pintu. Di luar sudah ada Hara yang menyambutnya dengan senyuman. Selena tersenyum getir, jika operasi kedua nantinya gagal kembali, haruskah dia mendonorkan matanya sendiri demi anaknya ?
"Sudah siap, sayang ?"
"Hm ? Bunda nangis ?"
"Oh engga kok. Yaudah yuk, kita ke dapur, sarapan bareng."
KAMU SEDANG MEMBACA
HARADILON [Completed]
Teen Fiction{BOOK 2 OF LIMBAD SERIES} Hara, adalah gadis yang terlahir sebagai anak tunanetra, sebuah penyakit yang ia derita menghambat kedua matanya dan menyebabkan gadis itu tak dapat melihat objek apapun dengan jelas. Datar, itu yang selalu menyambutnya ket...