21. Pesan untuk Dilon

3.9K 260 31
                                    

“seluruh dunia dan semesta pun tahu

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

“seluruh dunia dan semesta pun tahu. Bahwa ketika rasa ini semakin dalam, aku takut kehilanganmu.”

🍂🍂🍂

Saat itu, malam sudah terlalu larut. Jam menunjukkan pukul 12 malam lebih, dan acara reuni akbar bersama Airlangga telah usai satu jam yang lalu. Jika orang lain lebih memilih untuk cuci muka, kemudian beristirahat menuju mimpi indah dengan posisi yang nyaman, lain halnya dengan Dilon.

Di bawah gelapnya malam, cowok yang mengenakan kaus tanpa lengan itu dengan lincahnya menguasai jalanan mengendarai skateboardnya. Ya, Dilon memilih berkeliaran di malam buta tanpa memakai jaket sekalipun. Tak peduli dengan hembusan angin malam yang terasa dingin menelusuk pori-pori kulit.

Untuk ke sekian, dia merasa tak punya lagi tujuan hidupnya untuk apa ? Berulang kali Dilon hampir saja tertabrak mobil yang masih lalu-lalang. Tapi dia mana peduli, tatapannya hanya lurus ke depan. Kosong. Di dalam sana, ada hati yang meronta karena pedihnya sebuah kenyataan. Kenyataan di mana ia harus mengetahui begitu banyak rahasia yang sebaiknya tidak harus dia ketahui.

Dilon mulai memperlambat laju skateboardnya dan menepi ke sebuah taman kecil yang berada lumayan jauh dari rumahnya. Di sana ada tempat bermain untuk anak-anak, salah satunya adalah perosotan. Cowok dengan rambut acak-acakkan itu memilih untuk duduk di sana sambil menyelonjorkan kakinya.

Ia menengadah menatap langit. Hitam pekat tanpa ada bitang satupun, hingga sinar redup sang rembulan pun tertutup oleh tumpukan awan. Dilon tertawa hambar. Entah apa yang lucu tapi rasanya sangatlah sakit, perih.

"Berengsek!" ucapan kasar pada akhirnya keluar dari mulut Dilon.

"Kenapa di dunia ini terlalu banyak drama ? Terlalu banyak kebohongan ?" Dilon lagi-lagi tertawa. "Menyedihkan."

Cowok itu tertunduk, tertawa sambil memukul-mukul dadanya yang sesak. "Kenapa dunia gak pernah adil ?" Setetes demi setetes air mata Dilon mulai berjatuhan membasahi pipinya.

Siapa yang menyangka, sang pemimpin keluarga Theo Glesson ternyata telah tiada ? Semua orang menyembunyikan identitasnya. Kemudian memalsukan identitas seseorang mengatas namakan Glesson. Dilon tidak tahu, predikat apa yang pantas diberikan untuk pria yang bernama Leo itu.

Satu sisi, masih ada rasa dendam yang membara karena ia merasa ditelantarkan dan diacuhkan. Namun pada sisi yang lain, dari lubuk hatinya yang paling dalam, dia tidak bisa bohong kalau Leo benar-benar orang baik meski terkesan berengsek. Sangat sulit jika Dilon ada di posisi Leo.

Dilon kembali menengadah, membiarkan air matanya terus berjatuhan dan dadanya yang terasa makin sesak. Malam ini, dia memilih untuk menyendiri, menjauh dari rumah meninggalkan sang mama dan neneknya. Angin kencang tiba-tiba berhembus, benar-benar terasa dingin. Dedaunan kering pun berjatuhan, mengguguri tubuh Dilon.

HARADILON  [Completed]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang