29. Menunggu Bersama Angan

3.7K 266 21
                                    

"Bukan waktu yang kejam. Tapi kita. Kita yang belum bisa belajar menerima bahwa waktu mempertemukan belum tentu untuk dipersatukan. Seperti kita, yang dipertemukan dalam definisi bahagia, dan sayangnya perpisahan itu memilih berpihak pada kita pula."

-HaraDilon-

🍂🍂🍂

2 tahun kemudian....


Universitas Indonesia.

Seorang cowok mengenakan kemeja putih dengan lengan yang sengaja ia gulung, serta almamater berwarna hijau yang ia sandingkan di bahu, baru saja keluar dari perpustakaan, mengambil beberapa buku yang memuat materi tentang bisnis.

Memang ya, cowok tampan ketika berjalan dengan headphone dan buku di tangan kanan sambil memasukkan lengan kiri ke dalam saku celana itu, bisa membuat para kaum Hawa kejang-kejang.

"Kak Dilon!"

Merasa terpanggil, cowok dengan name tag Dilon Theo Glesson tersebut menoleh ke belakang. Nampak jelas ia melihat ada adik tingkatnya sedang melambaikan tangan ke arahnya. Segera, ia berjalan sedikit tergesa mendekati Dilon yang notabenenya adalah kakak tingkatnya.

"Kenapa ?" Suara sedatar itu, tidak ada yang menarik kedengarannya. Tapi berbeda dengan Dilon. Idola seantero kampus apapun yang dia lakukan rasanya terlihat sempurna.

Cewek bertubuh mungil dengan wajah manis itu tersenyum lebar pada Dilon.

"Selamat pagi!" sapanya senang. Membuat cewek-cewek lain yang melihatnya jadi iri.

Dilon melepas headphone-nya, membiarkan benda itu bertengger di lehernya.

"Ada perlu apa ?"

"Boleh minta tolong, ga ? Ajarin aku materi yang ini, aku beneran ga ngerti."

Dilon menghembuskan napas pelan. "Harus banget sama gue ?"

Cewek tersebut terdiam, selalu seperti ini. Inilah cara Dilon menolak secara halus kalau cuma Nitya yang minta diajarkan.

"Nitya. Mentor buat kelompok lo ada, kan ? Gue bukan mentor kalian," ujar Dilon.

Dia yang bernama Nitya tersebut menunduk dengan wajah cemberut. "Salah ya, kalau aku cuma minta ajarin ?"

Semenjak jadi mahasiswa, Dilon tidak suka dirinya jadi sorotan, tidak suka jika apa yang ia lakukan selalu ditonton banyak orang. Mungkin rasanya sudah lama dia meninggalkan dunia band dan musiknya. Jangan salah, headphone yang sering menempel di telinganya itu ia gunakan untuk mendengarkan lantunan ayat suci Al-Qur'an. Dilon sendiri sedang berusaha menuntaskan hafalannya yang baru 3 juz.

Alasan kenapa Dilon memilih jurusan bisnis karena ia ingin melanjutkan bisnis dan perusahaan papa kandungnya yang sempat tertunda atau mungkin yang belum dijalankan. Setidaknya, dia juga punya alasan untuk bisa bertemu dengan seseorang yang masih membelenggunya dalam kerinduan teramat dalam.

Dilon menatap Nitya yang masih berharap bahwa Dilon mau meluangkan waktu untuknya. "Jam sepuluh, gue tunggu di perpus. Tiga menit lo gak dateng, gue cabut."

"Siap, kak!" Nampak mata Nitya berbinar-binar merasa usahanya berhasil.

Lihatlah, banyak mahasiswi lain yang iri padanya, berani mendekati senior yang sebenarnya susah sekali diambil perhatiannya.

10 : 00

Dilon melepas kacamatanya, setelah ia selesai membaca dua buah buku yang tadi ia pinjam di perpustakaan tempat ia duduk sekarang. Dilon melihat arlojinya, seharusnya Nitya sudah ada di sini.

HARADILON  [Completed]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang