Wanita Yang Kematian Nya Di Sambut Malaikat

164 4 0
                                    


Assalamu'alaikum ikhwah fillah.

🌸🌸🌸



WANITA YANG KEMATIANNYA DISAMBUT PARA MALAIKAT

Kisah ini mungkin telah sering kita dengar. Namun, sekedar mengingatkan kembali ttg perjuangan wanita mulia ini, semoga dapat mengembalikan ghirah kita untuk jg bisa menteladani beliau, wanita yg ‘berhati baja’.

Nusaibah Binti Ka’ab RA., namanya tercatat dlm tinta emas penuh kemuliaan. Bahkan kematiannya mengundang ribuan malaikat untuk menyambutnya.

Hari itu Nusaibah sdg berada di dapur. Suaminya, Said sdg beristirahat di bilik tempat tidur. Tiba2 terdengar suara gemuruh bagaikan gunung2 batu yg runtuh. Nusaibah menerka, itu pasti tentara musuh. Mmg, bbrp hari ini ketegangan memuncak di kawasan Gunung Uhud. Dg bergegas, Nusaibah meninggalkan apa yg sdg dilakukannya & masuk ke bilik. Suaminya yg sdg tertidur dg halus & lembut dikejutkannya. “Suamiku tersayang”, Nusaibah berkata, “Aku mendengar pekik suara menuju ke Uhud. Mungkin orang2 kafir telah menyerang.”

Said yg masih blm sadar sepenuhnya, tersentak. Dia menyesal mengapa bukan dia yg mendengar suara itu. Malah isterinya. Dia segera bangun & mengenakan pakaian perangnya. Sewaktu dia menyiapkan kuda, Nusaibah menghampiri. Dia menyodorkan sebilah pedang kpd Said. “Suamiku, bawalah pedang ini. Jangan pulang sebelum menang.”

Said memandang wajah isterinya. Stlh mendengar perkataannya itu, tak pernah ada keraguan pdnya untuk pergi ke medan perang. Dg sigap dinaikinya kuda itu, lalu terdengarlah derap suara langkah kuda menuju ke utara. Said lgsg terjun ke tengah medan pertempuran yg sdg berkecamuk. Di satu sudut yg lain, Rasulullah melihatnya & tersenyum kpdnya. Senyum yg tulus itu semakin mengobarkan keberanian Said.

Di rumah, Nusaibah duduk dg gelisah. Kedua anaknya, Amar yg berusia 15 thn & Saad yg dua tahun lebih muda, memperhatikan ibunya dg pandangan cemas. Ktk itulah tiba2 muncul seorang penunggang kuda yg nampaknya sgt gugup. “Ibu, salam dari Rasulullah,” berkata si penunggang kuda, “Suami Ibu, Said baru saja gugur di medan perang. Beliau syahid…”

Nusaibah tertunduk sebentar, “Inna lillah…..” gumamnya,
“Suamiku tlh menang perang. Terima kasih, ya Allah.”

Stlh pemberi kabar itu meninggalkan tempat, Nusaibah memanggil Amar. Ia tersenyum kpdnya di tengah tangis yg tertahan, “Amar, kaulihat Ibu menangis?.. Ini bukan air mata sedih mendengar ayahmu telah Syahid. Aku sedih krn tdk memiliki apa2 lagi untuk diberikan bg para pejuang Nabi. Maukah engkau melihat ibumu bahagia?”

Amar mengangguk. Hatinya berdebar-debar. “Ambillah kuda di kandang dan bawalah tombak. Bertempurlah bersama Nabi hingga kaum kafir terhapus.”

Mata Amar bersinar-sinar. “Terima kasih, Ibu. Inilah yg aku tunggu sejak dari tadi. Aku ragu, seandainya Ibu tfk mberi peluang kpdku untuk membela agama Allah.”

Putera Nusaibah yg berbadan kurus itu pun terus menderapkan kudanya mengikut jejak sang ayah. Tdk terlihat ketakutan sedikitpun dlm wajahnya. Di hadapan Rasulullah, ia memperkenalkan diri. “Ya Rasulullah, aku Amar bin Said. Aku dtg untuk menggantikan ayahku yg telah gugur.” Rasul dg terharu memeluk anak muda itu. “Engkau a/ pemuda Islam yg sejati, Amar. Allah memberkatimu….”

Hari itu pertempuran berlalu cepat. Pertumpahan darah berlgsg hingga petang. Pagi2 seorang utusan pasukan Islam berangkat dr perkemahan di medan tempur, mereka menuju ke rumah Nusaibah. Setibanya di sana, wanita yg tabah itu sdg termangu-mangu menunggu berita, “Ada kbr apakah gerangan?” serunya gemetar ketika sang utusan blm lg membuka suaranya, “Apakah anakku gugur?..” Utusan itu menunduk sedih, “Betul….”

mustashar qanuni Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang