23. Obrolan Dini Hari (Part II)

15 0 0
                                    

"Oy Ham.... " Teriaknya dari seberang sana.

"Buseh pelan-pelan mbak kalo ngomong, emangnya gue budek."
Aku berkata sambil menggosok telingaku.

"Haha.. Gimana lancar gak di sana?"

"Lancar.. Kan dah gue bilang tadi."

"Santai jangan ngegas dong."

"Iya mbak Lin aku lancar lancar aja di sini."

"Ih kok jadi jijik ya Ham dengernya. Ga pantes lu lembut begitu."

"Anjing lah, ngegas dikit salah, ngomong lembut salah, mau nya apa sih..."
Kataku sambil memegang kepala. Bingung apa yang harus kukatakan.

"Eh eh kok ngomong kasar. Ga baik ngomong kasar ke cewek."

"Bunuh aja gue mbak, daritadi salah terus. Gimana lagi gue harus ngomong."

Berulang kali aku mengusap keningku karna merasa ngantuk dan kesal karna obrolan ini. Sementara terdengar tawa sejak tadi dari seberang sana.

"Haha.. Jangan bunuh lah. Nanti gue curhat ke siapa lagi."
Katanya dengan suara memelas yang dibuat-buat.

"Abisnya serba salah gue. Terus apa lagi yang mau mbak omongin?"

"Ga ada itu aja... Bye ya."

Suasana menjadi diam. Aku terdiam sebentar. Berpikir lalu mulai berbicara.
"Anjir udah gitu aja. Nelpon pagi buta, ulang-ulang, cuma buat bikin kesel aja. Tutup lah tutup."

"Haha.. Canda canda. Abisnya lu di awal ngeselin, yaudah gue bikin kesel lagi aja."

"Au ah. Dah katanya bye, kok masih lanjut. Gue mau tidur".

"Dih ngambek. Gaya lu tidur jam segini."

"Abisnya apa aja yg gue omongin jadi salah. Terserah dah."

"Haha... Segala pake alesan tidur. Jam segini pasti lu lagi terbangun bengong sendirian."
Terdengar sekali suara puas dari tawanya. Aku memainkan jariku di atas meja. Menyebalkan karna dia memainkanku dari tadi.

"Dih sok tau, suka ngintipin gue ya lu mbak?"

"Heh kita kan sering ngobrol ampe pagi. Kebiasan jelek lu kaya gini ya jelas gue tau."

"Haha.. Iya iya. Selow dong ampe melotot gitu."
Kali ini aku yang tertawa dan dia yang terdengar kesal.

"Sialan. Jadi gimana di sana lancar lu?"

"Buseh dah dibilang lancar, mau ngulang lagi dari awal ini."

"Haha.. Maksud gue ketemu yang jahat lagi gak di sana? Terus orang-orang disana gimana? Baik gak?"

"Kaya yang gue bilang, lancar. Sejauh ini. Ya baik juga."

"Bener lancar? Bener baik? Atau pada pura-pura aja?"

"Sejauh ini bener. Nantinya entahlah."

"Hati-hati aja lu. Bedain mana yang baik, mana yang pura-pura baik."

"Iya paham. Gue lebih tau tentang itu."

"Iya lu lebih tau, tapi tetep aja lu ladenin semua. Mau baik, mau pura-pura baik, mau jahat, semuanya lu bantuin. Ga capek apa ama yang udah-udah?"

"Yaa abis gimana gue ga bisa ninggalin gitu aja."

"Ga bisa gimana. Jangan terlalu deket ama orang lain. Ga ada yang namanya teman. Semua orang sama aja, entah baik atau enggak. Pada akhirnya mereka cuma ada pas mereka lagi butuh, kalo udah enggak butuh, mereka bakal ngelupain gitu aja."

Behel Woman, Beauty SmileTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang