15. Trio Medan

16 0 0
                                    

Kelas pronunciation berakhir jam 11 siang. Karena kelas selanjutnya masih 3 jam lagi, jadi kami pergi ke tempat persembunyian masing-masing. Ada yang kembali ke camp, ada yang pergi ke tempat makan, atau pergi ke tempat lainnya. Aku? Pergi ke ATM.

"Kayanya ni dompet bocor, duit beratus-ratus ribu dalam 3 hari masa abis. Mana ATM jauh ditambah perut berasa ada yang nendang dari dalem, laper," batinku.

Setelah muter-muter nyari ATM dengan sepeda, aku kembali ke Brilliant menemui Riko dan Sigit.

"Oy bang akhirnya jumpa lagi kita," seseorang memanggilku.

Aku mencari siapa yang memanggilku. Ternyata...

"Lu ternyata Yan, kirain siapa. Sombong ya sekarang beda kelas sendirian," kataku.

"Anjir sombong darimana. Kelas juga tinggian abang. Ada juga abang tuh ama Riko dan Sigit yang ninggalin aku," Ryan membalas.

"Haha.. Canda, ngambek ngambek ga negor nanti. Ngobrol tempat makan aja yuk, dah laper ni," ajakku.

"Ayoklah gua juga dah lapar," Sigit membuka suara.

"Tau Yan, ngobrol yang enak tempat makan, ngapain di pinggir jalan gini," Riko ikut bicara.

"Anjir ya kalian. Ngobrol bentar aja dah kaya ga makan setahun. Mentang-mentang sekelas jadi keroyokan nyalahin aku semua," balas Ryan sambil sedikit ngomel.

Kami pun tertawa dan langsung pergi ke Chum Bucket. Aku langsung mengambil piring untuk membawa makananku. Ketika sedang memilih makanan datang 3 orang yang tampak tak asing bagiku.

"Weh bang, makan sini juga bang," ujar salah 1 dari mereka kepadaku.

"Iya. Eh lu pada kesini juga toh. Tau gitu bareng aja tadi," balasku.

"Hehe iya bang. Oh iya kenalin bang, aku Nanda asal Medan," katanya memperkenalkan diri.

"Kenalin juga bang aku Kevin, sama asal Medan juga," yang satu lagi ikut memperkenalkan diri.

"Kalo aku Fikri bang. Asal dari Medan juga," katanya dengan sedikit terbata-bata.

"Dari Medan semua ya. Aku Dilham asal Bogor. Yang 3 di belakang ku ini Riko, Sigit, dan Ryan," aku memperkenalkan diri.

"Ya salam kenal bang," kata Ryan, Riko, Sigit bersamaan.

Kami pun makan dan mengobrol bersama. Di warung kecil itu pertama kali aku berkenalan dengan Trio Medan itu. Kelak aku lebih banyak menghabiskan waktu dengan mereka dibanding dengan yang lain.

Tapi untuk saat ini kami masih belum terlalu akrab. Jangankan akrab, aku masih belum hafal dengan nama mereka. Belum hafal? Setelah 3 perkenalan di kelas dan tempat ini aku masih belum hafal juga haha...

Nanda, pria berbadan agak gemuk. Ini pertama kalinya aku berkenalan dengan seseorang bernama Nanda yang ternyata seorang pria. Bukan maksud meremehkan nama, hanya saja selama ini Nanda yang kukenal selalu wanita.

Nanda yang ini memiliki suara besar (sebesar badannya), bermuka agak seram, mirip dengan pemimpin Korea Utara, Kim Jong Un (semoga gak ada rudal/nuklir yang ngincer gue karna nyebut nama sakral itu).

Kevin, badannya gak gemuk juga gak kurus, tapi memiliki perut buncit dan berbehel. Aku sedikit heran ketika melihat dia berbehel. Bagiku pria memakai behel itu menyeramkan. Ya entah tujuannya untuk gaya aja atau memang untuk merapikan giginya.

Bukan bermaksud menghina lalu menjauhi mereka. Aku juga ingin memakai behel untuk merapikan gigiku. Tapi tetap saja ketika melihat pria tersenyum dan ternyata ada behelnya, bagiku itu aneh, menyeramkan dan menjijikkan. Haha... Santai bosku, no offense just my opinion.

Dan terakhir Fikri, pria berbadan besar. Sangat besar. Saking besarnya dia bisa menutupi dan melindungiku seluruh tubuhku dari panas dan hujan. Saking besarnya kalau dia terjatuh, bisa muncul gempa yang cukup untuk membuatmu panik.
Fikri masih terlihat seperti anak kecil.

Bukan bermaksud meledek, tapi dari cara berjalan, berbicara, dan lainnya ya seperti anak kecil. Ya tidak masalah mirip anak kecil, selama dia menyenangkan dan tidak menyebalkan. Seiring waktu juga dia akan menjadi pria dewasa yang baik, sepertiku. Tapi tetap lebih tampan aku.

Itulah 3 teman baruku, Fikri, Nanda, dan Kevin.

Saat ini mereka masih pendiam, belum banyak berbicara, dan terlihat kebingungan dengan apa yang mereka mau lakukan di sini.

Tapi seiring waktu nantinya, mereka menjadi orang yang berisik, menyenangkan, malu-malu in, hingga menyeretku untuk banyak melakukan hal memalukan bersama mereka.

Dan yang tadinya mereka ga betah untuk tinggal lama di Pare menjadi betah di Pare.

Pare memang jahat, karena Pare membuat mereka dan aku terlalu nyaman hingga berat rasanya untuk meninggalkan Pare.

Setelah makan dan mengobrol bersama cukup lama, kami kembali ke camp masing-masing.

Siang ini aku mendapat 3 teman baru. Padahal niatku tidak ingin memiliki banyak teman, hanya ingin sendirian

Sepertinya mustahil. Ya pikirkan itu nanti aja, mending bersiap untuk kelas selanjutnya, Grammar Class....

Behel Woman, Beauty SmileTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang