29. Debat atau Ngelawak?

20 0 0
                                    

Ms. Devi dengan senyuman dan langkah tegasnya memasuki kelas kami. 4 orang lain yang tadi berjalan di belakangnya segera mencari posisi duduk di kelas. Masing-masing dari mereka meletakkan tas dan merapikan diri.

"Kemana aja lu berdua? Baru bangun?" Aku bertanya pada 2 orang asal Medan yang kemarin berkenalan.

Mereka masih mengatur napasnya. Sepertinya sehabis berlari dari camp mereka. Lalu salah satu dari mereka menoleh, menarik nafas, lalu menjawab pertanyaanku.

"Iya bang kesiangan. Ngebut lari untung masih sempat," ucap si pria berbehel. Terdengar suara ngos-ngosan darinya.

"Oh. Kalian satu camp ya?"

"Iya bang."

"Yaudah tarik nafas yang bener. Jangan lebar-lebar buka mulut. Bau soalnya."

"Haha.. Sialan lu bang. Gue baru kelar mandi juga."

"Iya tapi abis lari jadi bau lagi."

*************

Kami membuka kelas dengan salam yang seperti biasanya. Lalu Ms. Devi berdiri dan berjalan sedikit ke arah kami. Dia melihat ke arah Rajab dan Ryan. Tampak terlihat asing di matanya.

"Kalian member baru ya? Baru masuk hari ini?"

"Iya Miss." Mereka kompak menjawab.

"Kalau gitu kalian maju sini. Kenalan dulu ama yang lain. Maju satu-satu."

Ryan dan Rajab saling melihat satu sama lain. Kembali mereka berdebat, saling menyuruh siapa yang duluan maju. Sepertinya mereka malu.

"Jab maju sana."

"Kau aja lah Yan. Ngalah dulu aku ama yang mudaan."

"Panteklah kau Jab. Tadi aja mintak buru-buru biar bagus image kau."

"Bukan begitu bos. Aku ngasih kesempatan lebih dulu ama kau biar kau yang lebih dulu terkenal."

"Tae kucing Jab."

Orang di sekitar mereka hanya bisa tertawa. Ribut saja mereka ini. Gak kenal tempat, gak kenal waktu.

"Hayo maju buruan. Maju aja kok pada gak mau. Masa cowok ke depan aja gak berani maju."

Mereka berhenti berdebat dan menoleh sambil tersenyum ke arah Ms. Devi. Ryan maju terlebih dahulu. Sepertinya dia merasa tertantang setelah mendengar ucapan Ms. Devi. Atau mungkin malu kalau gak berani maju.

"Kenalin semua ak... "

"Pake bahasa inggris dong. Kan lagi belajar. Biar bisa. Bisa kan cuma kenalan aja." Ms. Devi memotong perkataan Ryan sambil tersenyum.

Ryan tersenyum dan menggaruk kepalanya. Mungkin kepalanya gatal atau mungkin itu ritual biar lancar ngomongnya. Apapun itu dia terlihat serius memikirkan apa yang mau dikatakannya.

Rajab bertanya padaku cara berkenalan dalam bahasa inggris. Aku melihat Rajab, berpikir sebentar, lalu mengajarkan beberapa kata yang nanti bisa dia ucapkan di depan.

"Ah yang bener ngomong gini bang. Udah kayak lagi pidato aja ini. Malu aku ngomong gini."

"Iya Jab. Ga percaya banget lu. Ngapain malu. Gimana mau bisa bahasa Inggris kalo maju aja dah malu."

"Ok ok dah bang nanti kucoba."

"Nah gitu. Yaudah liat dulu si Ryan itu di depan."

Ryan mulai bicara. Sepertinya dia sudah menemukan apa yang ingin diucapnya.
"Hmm.. Ok Miss. Hi.. My name is Ryan. I am from Jambi."

Behel Woman, Beauty SmileTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang