45. Kota Batu Part I

7 0 0
                                    

Kami masih berada di bawah Bukit Ongakan. Berisitirahat sebentar setelah melalui perjalanan menuruni bukit yang menegangkan.

"Oy Fik lu ngapa kotor gitu?"
Tanya seorang teman camp Nanda, yang belakangan ku ketahui bernama John.

"Biasa habis guling-guling dia." Jawab asal yang lainnya.

"Anjir kau kata aku ini apa. Abis jatoh dikit tadi."

"Tapi lu gak papa kan?"

"Fikrinya mah gak papa. Tapi jalur bukitnya jadi makin rusak abis ditimpa Fikri."
Kembali jawaban asal dari yang lainnya.

Kami pun tertawa dan saling meledek satu sama lain, ya untuk menurunkan ketegangan. 15 menit kemudian kami melanjutkan lagi perjalanan. Kami juga berdiskusi apakah akan melanjutkan ke Malang atau tidak. Aku masih tetap dengan pendirianku sebelumnya agar langsung pulang karna masih belum jelas tempat mana di Malang yang akan kami tuju. Terlebih ada motor yang blong remnya dan Fikri yang sempat terjatuh. Tapi yang lain masih tetap memaksakan lanjut ke Malang.

Dan akhirnya ketika waktu menunjukkan pukul 5 sore, kami memutuskan untuk melajukan motor menuju tempat selanjutnya. Malang.

Kami melanjutkan perjalanan dengan lebih santai, menikmati pemandangan sekitar kota Pare. Ketika adzan magrib berkumandang, kami berhenti sebentar di Masjid untuk melaksanakan sholat sekaligus beristirahat kembali. Selesai sholat kami bersiap jalan kembali. Tapi sebelumnya kami saling bertukar posisi pengemudi motor, untuk mengurangi kelelahan di antara kami. Aku sekarang mengendarai motor menggantikan Sigit. Andry terlihat memboncengi Fikri. Yang lainnya juga saling bertukar.

Sekitar pukul setengah 7 malam kami kembali melanjutkan perjalanan. Tempat yang akan kami tuju adalah Alun-alun Kota Batu. Kami melajukan motor agak cepat karna hari sudah malam dan jalanan cukup sepi. Rangga yang memimpin di depan sementara yang lainnya mengikuti.

1 jam kemudian kami sampai di jalur puncak menuju kota Batu. Menurutku jalur ini mirip dengan jalur puncak ke Bogor. Jalur menanjak dengan beberapa tikungan dan hawa yang dingin terlebih karna tadi sempat hujan. Kami semua merasa kedinginan melewati jalur ini. Terutama Kevin yang hanya memakai kaos tanpa jaket. Kuharap dia gak mati kedinginan.

Di tengah perjalanan kami berhenti sebentar untuk mengisi bensin dan berkumpul kembali karna beberapa di antara kami terpisah cukup jauh. Di situ pula Sigit turun dari motorku untuk menaiki motor dengan Riko. Dia menggantikan Riko yang sejak tadi mengendarai motor sendirian, dan kini aku yang sendirian mengendarai motor.

Selesai mengisi bensin kami melanjutkan perjalanan kembali. Jalur yang dingin dan sedikit licin karna hujan, serta pandangan yang cukup gelap membuat kami melambatkan laju motor. Beberapa dari kami kembali terpisah. Aku sendiri mengikuti Nanda beserta rombongan campnya. Dadaku terasa sedikit sesak saat mengendarai motor ini.

"Sial mulai kambuh gara-gara kedinginan. Hayolah, masih kuatlah kalau cuma begini." Sambil memukul pelan dadaku aku berbicara sendiri untuk menguatkan diri.

Ketika hampir sampai kami berhenti di pom bensin untuk berkumpul kembali. Andry, Fikri, Ryan, Rajab masih tertinggal di belakang. Dan juga termasuk Rangga yang sempat memimpin kami. 15 menit berlalu rombongan di belakang belum juga sampai. Kami mulai agak khawatir merasakan ada yang tak beres di belakang sana. Setelah hampir 30 menit akhirnya mereka datang, dan benar saja dugaan kami.

"Weh Ndry ngapa lu? Lemes gitu." Tanya salah seorang dari kami.

"Abis jatoh gue."
Jawab Andry terdengar lemah.

"Serius kok bisa?"

"Iya. Tadi pas tikungan ngegas dikit gue lupa remnya blong. Dah gitu yang dari arah berlawanan juga agak ngelebar beloknya. Akhirnya gue banting ke kiri aja motornya sekalian jatoh. Kalau gak gitu bisa tabrakan gue."

"Jatohnya parah gak?"

"Dengkul doang sih kayaknya berdarah. Tapi badan gue nih agak sakit ketimpa Fikri."

"Haha... Anjir ketimpa Fikri kayak ketiban mobil 2 pintu lu. Untung gak gepeng."

"Anjir orang jatoh masih sempet-sempetnya diledekin."

"Tapi si Fikri juga gak papa kan?"

"Iya gak papa aku cuma pegal aja badan."
Jawab Fikri yang juga terdengar agak lemas.

"Mantap lu Fik 2x jatoh. Sekali lagi jatoh dapat piring cantik."

"Palak kau mantap."

Kami kembali bercanda bersama untuk menurunkan ketegangan. Beberapa dari kami membelikan Betadine untuk mengobati Andry, ada juga yang membeli minum, ada yang mengisi bensinnya lagi, dan ada juga yang menelpon pemilik motor sewaan ini untuk meminta waktu tambahan sewa. 4 jam lagi waktu sewa motor kami habis, sementara kami masih berjarak 30 menit dari Kota Batu. Sudah pasti kami akan melewati batas sewa motor ini. Tapi untunglah semuanya bisa diselesaikan dengan baik.

Tepat jam 8 malam kami melanjutkan perjalanan ke kota Batu. Kali ini Andry berboncengan dengan Ryan, lalu Rangga membawa Fikri. Sisanya masih sama tak ada yang bergantian. Sebenarnya dari awal ada beberapa orang yang tak mau bergantian mengemudi seperti Kevin, John, dan 1 lagi teman camp Nanda. Alasannya sih gak bisa bawa motor. Aku meragukan alasan itu tapi biarlah, malas aku mengurusi orang-orang seperti itu. Lalu kami mulai menancapkan gas menuju kota Batu.

Rintangan perjalanan kami kali ini adalah dingin. Hawa dingin benar-benar terasa menusuk. Jaket yang kupakai pun tidak terlalu bisa menahan rasa dingin. Setelah lebih dari 2 jam perjalanan naik dan menuruni gunung, akhirnya kami sampai di Alun-alun Kota Batu. 

Syukurlah kami sampai dengan selamat.

Alun-alun Kota Batu tempat perhentian kami selanjutnya.

Behel Woman, Beauty SmileTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang