3. Si Rambut Panjang [2]

121 18 12
                                    

  Setelah kata-kata terakhir Mrs. Emile, Elisa pun pergi dari ruang guru. Ia menggenggam erat rambutnya. Ia tahu harus melakukan sesuatu dengan rambutnya.

~🍁~

  Tapi...Bibi Messy! Ia tak pernah memperbolehkannya memotong rambutnya! Selama sebelas tahun! Dulu ia selalu punya ikat rambut, tetapi Alice selalu mengambilnya, ia tak mau membuang uangnya yang tinggal seperak, itupun ia temukan di bawah kasur ㅡbukan kasur, tapi karpet jerami tempat tidurnya.

  Elisa kembali ke kelas.

  "Lihat, rambutnya tak pernah dipotong. "

  "Rambutnya panjang dan bau! "

  "Terseret-seret terus. Baiknya saja di jadikan tali. "

  Elisa mendengar bisik-bisik itu, terasa menyakitkan tapi ia selalu mendengarnya tiap hari sejak kelas satu. Ia sudah terbiasa dengan omongan itu. Dan itulah alasan kenapa ia tak memiliki teman. Elisa selalu mengabaikannya, menutupi wajahnya ㅡhingga tak ada orang yang tahu seperti apa wajahnyaㅡ, berjalan, dan terus duduk di bangku hingga kelas selesai.

  Dua jam setelah bel pulang, Elisa diperbolehkan kembali ke rumah. Walau sebenarnya ia  suka begitu, daripada pulang ke rumah yang seperti penjara baginya. Untuk menghindari cekaman Mrs. Messy, Elisa selalu pulang lewat atap, membuka genting dan masuk perlahan. Ia senang ada yang menyambutnya, laba-laba.

  "Kau tak perlu menyambutku seperti itu, cukup-cukup saja kau menyapaku. " kata Elisa menatap laba-laba yang diletakkannnya di jendela. Jari telunjuknya terulur mengelus kepala kecil laba-laba itu.

  "Kau tahu kapan aku bisa bebas dari sini? " kata Elisa pada laba-laba yang hanya terlihat mendengarkan. "Akhir-akhir ini aku selalu bermimpi bisa keluar dari sini, bertemu orang yang sangat menghargaiku. "

  Elisa mendesah, "Sebentar lagi aku akan lulus, aku tak ingin satu sekolah dengan Alice, sekolah biasa tak apa, yang penting aku bisa sedikit merasakan kebebasan. Oh, beberapa bulan lagi hari ulang tahunku, aku tak berharap banyak. "

  Laba-laba itu seperti mengatakan, "Kenapa? "

  "Harapanku supaya bebas belum ㅡatau tidakㅡ terkabul, apalagi harapanku selanjutnya. Aku juga selalu bermimpi tentang orang tuaku, mereka terus saja menyebut nama Vladimir, Vladimir, Vladimir, dan Vladimir. Siapa juga yang kenal dengannya. "

  Elisa merebahkan dirinya di karpet tempat tidurnya, "Apa besok akan turun salju? " ia memejamkan matanya, "Semoga salju yang banyak. "

  Sayup-sayup malam itu angin berhembus kencang. Sebagian awan berkumpul menjadi satu. Air mulai menetes, membeku di udara yang dingin dan menjadi es. Bunga es pun berjatuhan.

  Salju turun sebelum natal tiba.

~🍁~

  Tiga bulan berlalu sejak natal yang dihadiahi salju yang tebal, beberapa sekolah bahkan terpaksa cuti. Tiga bulan terakhir ini Elisa selalu menemui orang yang aneh.

Tbc

Note: maaf kalo ada typo
Vote dan comment nya jangan lupa
(^ω^)

The Ice Moon : Year 1717Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang