Tiga bulan berlalu sejak natal yang dihadiahi salju yang tebal, beberapa sekolah bahkan terpaksa cuti. Tiga bulan terakhir ini Elisa selalu menemui orang yang aneh.
~🍁~
Pertama, ketika ia disuruh belanja, seorang pria yang memakai pakaian serba hitam, tiba-tiba menyapanya, "Hai Elisa." Bahkan pria itu tersenyum padanya meski tak terlihat kedua matanya, lalu berjalan pergi. Dan ketika Elisa berbalik, orang tadi sudah tidak ada.
Kedua, ketika ia sengaja didorong teman Alice dan terjatuh hingga bawah tangga batu saat pulang sekolah, yang membuat lututnya berdarah. Dan saat itu seorang wanita berjubah hijau gelap menunduk padanya, menyentuh luka dilututnya. Awalnya Elisa berpikir akan sakit dan ketika wanita itu menarik kembali tangannya, luka dilutut Elisa sudah sembuh total, hilang.
"Nah, rambutmu panjang sekali," kata wanita itu. Diapun berdiri, "Sampai jumpa lagi."
Dan pagi ini, senyum Elisa pudar seketika. Ia sempat teriak beberapa kali. Bagaimana tidak? Mrs. Messy menarik rambut Elisa tiba-tiba. Mrs. Messy juga menggenggam sebuah pisau ditangannya. "Jangan lari Elisa!" katanya mencoba membuat Elisa diam.
"Jangan Miss, jangan dipotong!"
Ketika itu Elisa berhasil sedikit lebih maju dan pegangan Mrs. Messy tak lagi kuat sehingga terlepas beberapa jarak, tapi kemudian Mrs. Messy menariknya lagi. Takut seandainya terlepas, Mrs. Messy langsung memotong rambut Elisa dengan pisau.
Elisa seolah terlepas dari cengkeraman Mrs. Messy. Ia meraba rambutnya, TEPOTONG! Dan potongan rambutnya masih digenggam Mrs. Messy. Ia tak kuasa menahan tangis, jadi ia memutuskan segera naik ke loteng.
Mrs. Messy dan Alice yang melihat peristiwa tadi hanya saling tatap.
"Ya, setidaknya rambutnya tak panjang lagi. Mungkin namanya tak lagi Si Rambut Panjang, tapi Si Rambut Bau." Kata Alice dengan tawa kejamnya.
Elisa menangis sambil memegangi belakang lehernya. Bukan ia menangis karena rambut panjangnya hilang, tapi belakang lehernya berdarah, gara-gara Mrs. Messy yang tak sengaja pisaunya menggores belakang leher Elisa.
Elisa membuka kotak kardus di sampingnya yang berisi seragam sekolahnya dulu. Apa boleh buat, ia segera meraih sebuah seragam putih dan merobeknya. Dililitkannya kain robekan itu di lehernya. Ia pun sedikit lebih tenang. Ia berharap bisa bertemu dengan wanita berjubah hijau gelap itu lagi. Tapi bagaimana? Ia teringat sesuatu, sampai jumpa lagi. Nah, wanita itu mengatakan 'lagi'. Elisa pun berdiri, keluar dari atap mencoba mencari wanita berjubah hijau gelap itu. Ia tak peduli tentang seragamnya, karena ia telah lulus.
Bab Si Rambut Panjang selesai.
Tbc
Note: Maaf kalo ada typo. Jangan lupa vote dan commentnya.
Juga selamat hari raya Idul Fitri, mohon maaf lahir dan batin. 。^‿^。
KAMU SEDANG MEMBACA
The Ice Moon : Year 1717
FantasyDia Elisa Evin juga Miranda Parkinson. Latar belakang tak lagi penting baginya. Di sebuah tempat yang ia impikan saat malam, terjadi benar padanya. Yaitu sebuah negeri yang indah dan penuh khayalan bagi yang tak pernah melihatnya. Namun dibalik semu...